Partai Demokrat ditimpa prahara, ibaratnya AHY,menabur angin  menuai badai.Â
Bermula dari surat terbuka, tuduhan ada upaya dari orang di lingkaran kekuasaan ingin mengkudeta AHY dari ketua umum partainya yang merujuk ke  Kepala  Staf Presiden Moeldoko.Â
Perseteruan itu membuahkan dukungan dan simpati ke Moeldoko, terbukti karangan bunga berbentuk dukungan ke Moeldoko dirumahnya.
Sebaliknya, suara suara senior partai dari luar dan dalam mulai berani mengkritik dan mengeluarkan uneg uneg.
Dari Marzuki Ali sampai Max Sopacua.
Kalimat cukup pedas, keluar dari dosen  UGM .Dari istilah kudeta  sampai mengecam partai Demokrat .
Bayangan saya, kudeta itu ada gerakan militer untuk menggulingkan Kepala Negara dan atau Kepala Pemerintahan secara inkonstitusional, kata dosen UGM
Apakah istilah kudeta tepat untuk kasus itu? Tidak tepat dan sama sekali tidak mendidik rakyat. Masalah internal partai politik sebaiknya diselesaikan secara internal, dengan kaidah musyawarah untuk mufakat atau musyawarah untuk sepakat dalam suasana penuh kekeluargaan...
....anomali politik termasuk konflik internal parpolnya, selalu pemerintah yang disalahkan. Main tuduh seenaknya, sodok sana sodok sini, sebar hoaks, cari kambing hitam, semata hanya untuk menutupi ketidakmampuan diri.
Di bagian lain, juga dijelaskan, ...jika tidak mampu bubar saja Demokrat , negara tidak akan bangkrut kalau satu partai bubar  .....
Di mana saja, yang namanya partai politik itu harus bersifat terbuka, .. Tidak boleh ada prefered orientation mengarah pada keluarga tertentu untuk menguasai partai politik, dan orang lain harus mendukung.Â