Mohon tunggu...
Ramdhani Adinegoro
Ramdhani Adinegoro Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA semester 1 TA 2013/2014 fak. Ilmu Sosial dan Humaniora. prodi Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Baru, Tiadanya Pelajaran Bahasa Inggris

28 Desember 2013   13:21 Diperbarui: 4 April 2017   17:11 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Meskipun banyak kritik yang menyertai, kurikulum 2013 tetap diberlakukan menggantikan kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Terdapat beberapa perubahan terkait dengan mata pelajaran yang diberlakukan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). Mata pelajaran bahasa inggris menjadi salah satu yang ditiadakan dalam kurikulum 2013. Alasan tersebut didasarkan atas banyaknya generasi muda saat ini tidak bisa dan tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baik, dengan ditiadakannya bahasa inggris untuk SD agar siswa dapat memperkuat kemampuan berbahasa Indonesia sebelum mempelajari bahasa asing. Mereka berpendapat bahwa anak usia dini justru merasa amat terbebani jika diharuskan mempelajari bahasa inggris. Mereka menganggap bahasa inggris justru membuat anak menjadi tidak mengenal bahasanya sendiri.

Kondisi inilah yang kemudian menjadi polemik. Timbul banyak pertanyaan atas kondisi tersebut, seperti bukankah hal ini bertentangan dengan semangat yang sering diutarakan kemdikbud, bahwa pendidikan nasional harus mampu berkompetisi di tingkat global. Apakah dengan menghapuskan bahasa inggris dapat dipastikan bahwa generasi muda akan pasti menguasai bahasa Indonesia? Lalu bagaimana para guru yang mengajar bahasa inggris?

Alasan tidak dimasukannya mata pelajaran bahasa inggris dalam kurikulum 2013 salah satunya bertujuan untuk memberi waktu kepada sekolah dasar untuk memberi waktu kepada siswa sekolah dasar untuk memperkuat kemampuan bahasa indonesia sebelum mempelajari bahasa asing, penulis menilai tidaklah tepat bila hal tersebut dijadikan sebagai alasan. Bahasa inggris merupakan bahasa asing yang dipelajari setelah bahasa ibu. Dengan kata lain, pengaplikasian serta alokasi waktu yang diberikan ditingkat sekolah dasar tidak akan melebihi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Kemudian, bahasa Indonesia itu sendiri tetap digunakan sebagai bahasa pengantar pada mata pelajaran lain.

Dalam dunia pengajaran bahasa, dikenal istilah critical hypothesis yang dikemukakan oleh Lenneberg pada tahun 1967, bahwa pembelajaran bahasa asing pada anak menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan pada orang dewasa. Pada saat anak-anak memasuki masa pubertas, fungsi otak akan mengalami perubahan.

Selain itu hingga saat ini belum ada bukti ilmiah bahwa belajar bahasa asing bisa melemahkan bahasa nasional. Bahasa asing bukan seperti tuba yang merusak susu sebelanga karena bahasa asing itu bukan racun. Selama kita bisa menempatkan bahasa itu pada tempatnya masing-masing, maka tidak akan ada bahasa yang dilemahkan oleh bahasa yang lainnya. Kemampuan berbahasa inggris justru akan semakin meningkatkan rasa nasionalisme siswa. Pasalnya, selain siswa bisa membangun kepercayaan diri, karena memiliki kemampuan bahasa negara lain. Dan bukankah belajar bahasa berarti belajar kebudayaan? Bagi anak-anak yang sedini mungkin diperkenalkan dengan budaya lain makadari situ mereka akan tumbuh sikap saling menghargai dan menghormati orang lain diluar dirinya.  Bahasa inggris sebaiknya sudah dipersiapkan sejak usia dini sebagai bentuk investasi jangka panjang dalam menyiapkan generasi Indonesia yang unggul yang siap bersaing dengan dunia internasional.

Memang sejauh ini juga harus diakui secara jujur pemberlakuan mata pelajaran bahasa inggris masih perlu perbaikan. Pada kenyataannya dilapangan, tes sering menjadi utama dalam pembelajaran bahasa inggris serta banyak guru yang mengutamakan tes dalam proses pembelajaran. Guru juga sering terjebak dan terpaku pada buku bahasa inggris dari penerbit, sehingga tujuan pembelajaran bahasa inggris sering kali melenceng dari tujuan semula. Selain itu, seharusnya pembelajaran lebih ditekankan pada kosa kata yang beragam sesuai dengan konteks kelas dan sekolah dan bukan melulu tentang grammar atau structure.

Dengan menguasai bahasa inggris sejak dini mengingat sifatnya adalah bahasa internasional menjadikan generasi muda kita tidak jauh tertinggal dan tetap mampu memegang kendali dalam era globalisasi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun