Mohon tunggu...
Ramdan SuryaDinata
Ramdan SuryaDinata Mohon Tunggu... Mahasiswa - mau mengumpulkan tugas aja

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unsika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Transportasi Online dan Humor Seksis di Sosial Media

9 April 2021   13:43 Diperbarui: 9 April 2021   14:15 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Penampilan fisik merupakan hal yang penting bagi perempuan, karena perempuan akan merasakan sukses sebagai perempuan yang ideal dapat menampilkan tubuh yang cantik. 

Objektifitasi diri adanya yang mendukung peristiwa yang mempengaruhi aspek fisik yang tampak dibandingkan aspek kompetisi fisik yang tidak tampak dalam menentukan kualitas tubuh seseorang. Paparan akan humor-humor seksis dalam media sosial dicurigai sebagai penyebab kekerasan perempuan.  

Kasus ini mulai beredar dari pemilik akun ojol melalui postingan instagram dan komentar-komentar netizen yang terkadang melontarkan kalimat yang berbau seksisme dan terkesan tidak sopan kepada penumpang wanita tersebut.

Kasus ini bermula pada unggahan di atas, caption yang digunakan yakni "Ini cara agar bola billiard tidak terkena papan reklame" dapat diklasifikasikan sebagai objektifikasi fungibility. Hal ini dikarenakan pemilik akun, sebagai seseorang yang memiliki kuasa atas akun tersebut, menyandingkan bagian tubuh payudara perempuan dengan objek (bola billiard). 

Caption bersifat misoginis ini kemudian ditanggapi oleh beberapa pengikutnya, seperti pada komentar pertama dan kedua yang menunjukan objektifikasi pengurangan pada penampilan dan pengurangan pada tubuh. Kalimat "segede biji ketumbar" dan "segede Amanda Cerny" merujuk pada ukuran payudara perempuan yang dikonstruksi sebagai ukuran payudara perempuan ideal. Sedangkan pada komentar ketiga, terjadi pelanggaran dan penolakan subjektivitas. 

Hal ini tercermin pada penggunaan kata "pelit", yang memberikan makna bahwa tubuh perempuan pada hakikatnya boleh dinikmati oleh laki-laki. Sementara, objektifikasi penolakan subjektivitas terjadi karena pengalaman dan perasaan perempuan dalam foto tersebut tidak diperhitungkan.

Dari kasus studi di atas, berupa komentar seksis yang dialami penumpang ojek online perempuan dari beberapa komentar dari warganet yang merupakan yang merupakan generasi millenial di Indonesia menampilkan kondisi generasi milenial yang sangat memprihatinkan. Saat ini, sikap seksis seolah dianggap wajar. Bahkan banyak perempuan pun justru mengamini asumsi seksisme ini sekalipun itu menyudutkan. Menurut Watson, seksisme dapat digolongkan menjadi:

1. Old Fashioned Sexism Asumsi yang berkembang di sini adalah asumsi kuno mengenai perempuan atau laki-laki yang sudah ada sejak zaman dulu.

2. Modern Sexism muncul dari anggapan bahwa perempuan dan laki-laki sudah setara dan sejajar dalam masyarakat. Karena itu, muncul pandangan bahwa seksisme bukan lagi masalah dan hal-hal yang dilakukan untuk memudahkan perempuan tidak lagi diperlukan.

3. Ambivalent Sexism Ada dua tipe seksisme ini yakni hostile dan benevolent. Hostile didasari oleh rasa benci terhadap jenis kelamin tertentu. Sementara benevolent sexism menganggap bahwa perempuan memiliki moral yang lebih baik dari kaum laki-laki karena itu harus dilindungi dengan baik. Namun, sikap ini berpotensi menjadi diskriminasi. Perempuan dianggap sebagai makhluk lemah yang harus dilindungi laki-laki, karena itu tidak boleh bekerja, tidak boleh pulang malam sendiri, harus bergantung secara finansial oleh laki-laki. Perempuan yang mandiri justru banyak tidak diminati karena dianggap terlalu mendominasi.

Dalam wujud kosakata, kata sifat tertentu selalu dihubungkan dengan jenis kelamin tertentu. Misalnya, kata mulus, halus, lembut, cantik, dan singset dianggap merupakan sifat yang dimiliki perempuan. Sementara kata berani, kuat, perkasa dianggap sebagai sifat yang identik dengan laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun