Mohon tunggu...
Ramadianto Machmud
Ramadianto Machmud Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism

Email: ramadianto.machmud@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

"Second Wave" Covid-19 di India, Bisniskah?

7 Mei 2021   20:09 Diperbarui: 8 Mei 2021   20:28 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Prokes warga saat festival kumbh mela/dw.com

Bila ini benar bisnis kesehatan, Indonesia bakal lebih dulu menyusul India soal tsunami virus mutasi covid-19.

Indonesia telah lebih dulu identifikasi jenis varian baru mutasi virus corona, dibandingkan India. Tapi malahan India yang terimbas duluan.

Selain faktor ekonomi yang menjadi penyebab, kontrol pemerintah India lemah dalam pembatasan kegiatan guna memperlambat penyebaran infeksi.

Setelah mengizinkan warganya lakukan perayaan Kumbh Mela, "broker kesehatan" melihat ini sebagai potensi pasar kesehatan. Momentumnya tepat, analisnya akurat.

Fix, tidak menunggu lama, lonjakan pasien setelah perayaan festival mencapai ratusan ribu kasus infeksi. Meskipun panitia festival bangga, suksesnya perayaan tersebut.

India adalah negara potensial bagi para "broker kesehatan". Sikap pemerintah yang "overdosis" mengakibatkan ratusan ribu warga India jadi korbannya.

Akibat lonjakan pasien positif bertambah setiap 24 jam. Badan otoritas Institut Serum virus covid-19, akhirnya menghentikan ekspor dosis vaksin.

Parahnya, vaksin yang tersedia hanya 114 juta untuk jumlah populasi kurang lebih dari 1 milyar. Kebayangkan? Gimana paniknya situasi di negara itu.

Para analis konspirator ekonomi global menyebut sejak 2018 virus corona memang sudah dipersiapkan. Tujuannya sebagai daya dorong manifestasi politik perang dagang AS-Tiongkok.

India adalah salah satu contoh dampak negatif "broker kesehatan". Tak hanya itu, Jepang, Malaysia tak lolos dari kebringasan mereka.

Keberanian pemerintah India mengekspor vaksin ke beberapa negara tetangga, membuat semakin maraknya para "broker kesehatan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun