PERKEMBANGAN KEDAI KOPI DI KOTA YOGYAKARTA
Oleh :
Ramadhan Sefian Perdana
Â
ABSTRAKÂ
Â
Dengan perkembangan zaman yang terjadi di Indonesia, gaya hidup masyarakat telah berubah, terutama bagi para pelajar. Anda memiliki sedikit waktu untuk mengobrol karena waktu Anda hanya dihabiskan untuk belajar. Adanya fenomena tersebut membuat para pengusaha melirik kedai kopi sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Saat ini banyak kedai kopi yang menawarkan one stop shopping, sehingga pengunjung dapat dengan cepat mendapatkan apa yang diinginkan di satu tempat.  Yogyakarta sendiri memiliki banyak kafe dan toko yang menjual kopi. Bisnis kopi  Yogyakarta sendiri menciptakan potensi ekonomi yang signifikan, dengan 800 kedai kopi di Yogyakarta berpotensi mencapai Rp 350,4 miliar per tahun. Kota Yogyakarta memiliki banyak  tempat yang bagus untuk berfoto, tempat yang tenang untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, tempat yang nyaman untuk bersantai bersama teman, dan kafe yang menawarkan hiburan untuk  remaja dan anak muda.
PENDAHULUAN
Â
Saat ini bisnis kopi adalah bisnis yang cukup menggiurkan. Karena di masa ini kopi bukan lagi kebiasaan untuk menghilangkan kantuk, tapi sudah menjadi life style. Kedai, warung, atau tempat ngopi menjamur. Ada yang skalanya kecil, hanya sebatas warung di ujung gang dengan kursi -- kursi panjang atau kedai dekat kampus dengan layanan wifi yang cepat, hingga tempat kumpul - kumpul keren yang ada di mall, hotel berbintang, maupun kafe -- kafe di jalan utama. Kopi bisa di dapatkan dengan sangat mudah. Di satu jalan di Surabaya yang panjangnya tak lebih dari 5 kilometer bisa ditemukan lima sampai enam warung kopi. Herannya semua kafe itu laku semua. Sepuluh tahun lalu, hanya beberapa kafe -- kafe berkelas yang yang pemiliknya membeli franchise-nya dari luar, seperti Starbuck, Coffee Bean and Tea Leaf atau kafe -- kafe berasal dari Indonesia yang menyasar kalangan atas seperti The Excelso dan Coffee Toffee. Namun sekarang kafe tidak hanya buka di mall atau hotel berbintang saja.
Mereka mendekati konsumen, misalnya dengan berjualan di jalan-jalan strategis di dalam dan di luar rumah elit, kampus, rumah sakit, atau kawasan ramai lainnya. Minum kopi tidak hanya menjadi gaya hidup, tetapi ada peluang besar bagi bisnis kopi Indonesia. Membuat kopi sendiri di Indonesia tidak sulit untuk menemukan bahan utama berupa kopi, karena Indonesia sendiri merupakan penghasil biji kopi terbesar kedua setelah Vietnam dan Brazil. Saat ini, rata-rata konsumsi kopi di Indonesia adalah 685.000 ton per tahun atau 8,9%. Indonesia sendiri juga mengekspor produk kopi olahan ke negara tujuan ekspor seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, China dan Uni Emirat Arab.
Yogyakarta sendiri memiliki banyak kafe dan toko yang menjual kopi. Bisnis kopi Yogyakarta sendiri menciptakan potensi ekonomi yang signifikan, dengan 800 kedai kopi di Yogyakarta berpotensi mencapai Rp 350,4 miliar per tahun. Realisasi ekonomi saat ini berasal dari 600 kedai kopi yang terdaftar di Yogyakarta, mencapai Rp 262,8 miliar per tahun. Realisasi ekonomi kedai kopi adalah jumlah kopi yang dijual setiap hari dikalikan dengan harga eceran setiap cangkir. Misalnya, 80 cangkir kopi dijual setiap hari dengan harga Rp15.000 per cangkir. Artinya, setiap kafe mendapat penghasilan Rp 1.200.000 per hari. Mengalikan jumlah kedai kopi yang terdaftar memberikan angka besar Rp 262,8 miliar.
Tentunya hampir setiap kafe atau kedai kopi di Yogyakarta memiliki strategi pemasarannya masing-masing. Mereka dapat melakukan promosi atau mengandalkan promosi untuk membuat mereka senyaman atau seunik mungkin untuk memberi mereka karakteristik unik yang tidak ditemukan pada pesaing lain. Seperti yang digambarkan peneliti, membuat kafe atau kedai kopi yang didesain memiliki keunikan tersendiri tentunya membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
Â
KAJIAN PUSTAKA
Â
Secara umum, kedai kopi adalah tempat untuk menawarkan dan menjual minuman olahan yang terbuat dari biji kopi untuk dikonsumsi masyarakat umum. Kafe adalah sebuah bangunan yang menjual makanan dan minuman. Kedai kopi didirikan dan dibangun untuk memenuhi kebutuhan produsen dengan menjual minuman dan produk berupa kopi, didukung oleh budaya pecinta kopi dan faktor lain seperti menciptakan kedai kopi.Tempat berinteraksi dengan sesama manusia
Pertama, minum kopi sudah lama menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil biji kopi terbesar di dunia. Daerah penghasil biji kopi yang terkenal antara lain Aceh, Lampung, Medan, Jawa, Ternate, Sulawesi dan Flores. Bahkan bagi orang Eropa kuno, kopi nikmat yang mereka minum lebih sering disebut Jawa. Di Indonesia, penikmat kopi memiliki usia yang tak terhitung banyaknya, karena mereka tidak terlalu mempertimbangkan usia remaja hingga dewasa bahkan orang tua. Kata kafe (artinya kafe) berasal dari kata Perancis "cafe" yang berarti kopi. Awalnya kafe pinggir jalan yang sederhana, sekarang bertempat di gedung hotel bintang lima dan pusat perbelanjaan dengan berbagai nama. Salah satunya adalah kedai kopi yang sekarang sebenarnya menjual makanan berat, tetapi juga melayani tamu yang memesan minuman dan makanan ringan.
Dari beberapa penjelasan di atas, penulis menyatakan bahwa pengertian kedai kopi adalah menawarkan berbagai macam kopi dan minuman non-alkohol lainnya di tempat yang santai dan nyaman, Â dengan musik baik melalui pemutar atau live. Kami menyimpulkan bahwa lokasi adalah TV musik dan bahan bacaan, desain interior yang unik, layanan yang ramah, dan beberapa di antaranya menyediakan konektivitas internet nirkabel.
 Kopi kini  menjadi bagian dari gaya hidup, khususnya bagi mereka yang berdomisili di kota-kota besar yang menjadi perhatian penelitian ini, khususnya Jakarta dan Yogyakarta. Secara khusus, dengan semakin banyaknya kafe  kopi spesial dan inovasi  pembuatan kopi,  semakin banyak pecandu kopi mengunjungi dunia. Konsumen datang ke toko Starbucks tidak hanya untuk minum kopi, tetapi juga karena toko tersebut menciptakan suasana emosional. Entah itu rasa bangga, ketenaran, atau kehangatan. Perilaku anak muda yang pergi ke kafe melihat Jakarta tidak hanya  sebagai kota besar, tetapi juga di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Beberapa kedai kopi yang memiliki izin dagang dari luar negeri, tetapi anak-anak muda di kota-kota besar lainnya juga menunjukkan gaya hidup urban. Sebagai kota metropolitan dengan banyak pendatang, terutama kaum muda, Yogyakarta telah membawa pergeseran gaya hidup ke  modernisasi karena tekanan permintaan hiburan dan kurangnya filter  modernisasi. Hal ini ditunjukkan dengan menjamurnya klub malam, karaoke, retailer dan kafe.
Â
METODE PENELITIAN
Â
A. Jenis dan jenis survei
- Jenis Survey
- Survey ini merupakan jenis survey lapangan. Survei lapangan adalah survei yang dilakukan di lapangan atau di fasilitas penelitian dan merupakan lokasi pilihan untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi tersebut
- Tipe Investigasi
- Investigasi ini merupakan penyelidikan kualitatif deskriptif karena bertujuan untuk mengumpulkan fakta-fakta yang ada dan berfokus pada upaya untuk mengidentifikasi masalah dan keadaan  yang diselidiki dan diselidiki secara keseluruhan.
B. Sumber data
 Sumber data adalah objek tempat Anda dapat mengambil data. Menurut Sugino, sumber data adalah subjek penyediaan data dan informasi penelitian yang diperlukan. Sumber data dapat berupa orang, objek, dokumen, atau institusi.
Sumber data sekunder  membantu memberikan informasi atau data tambahan untuk perbandingan dan referensi. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan, dokumentasi, dan browsing ke website terkait penelitian. Peneliti juga menggunakan jurnal yang  ada untuk melengkapi daftar referensi guna menunjang proses penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Â
Temuan yang dilakukan di beberapa kedai kopi di Yogyakarta dan hasil pada anak muda yang sudah menganggap nongkrong budaya sebagai kegiatan yang sangat alami menunjukkan bahwa kedai kopi lebih mudah bagi anak muda untuk hang out. Kami memberikan suasana dan lokasi yang nyaman, didukung oleh koneksi, internet gratis yang baik dan lancar. Kota Yogyakarta sangat menarik bagi anak muda karena banyak terdapat tempat yang bagus untuk berfoto, tempat yang tenang untuk bekerja, tempat yang nyaman untuk bersantai bersama teman dan kafe yang menawarkan hiburan bagi anak muda. Hiburan apa pun adalah kegiatan yang sangat menyenangkan bagi semua orang, bukan hanya anak muda. Mereka mengklaim bahwa mengunjungi kedai kopi dapat mengurangi kepenatan dan kepenatan dalam kehidupan sehari-hari. Karena kedai kopi memiliki suasana yang tenang dan santai. Aktivitas gaya hidup anak muda juga sangat beragam, fenomena gaya hidup anak muda di kafe B. Bersosialisasi dengan teman, mengobrol, berdiskusi tentang pekerjaan, menyelesaikan tugas kuliah dan sekolah. Selain itu, hasil survei juga menemukan fenomena budaya hangout di kalangan anak muda khususnya mahasiswa. Hasil survei menunjukkan bahwa mahasiswa di Yogyakarta suka nongkrong di kafe. Ini bukan hanya soal rasa makanan dan minuman yang dijual di kedai kopi, tapi juga tentang atraksi lain yang membuat anak muda sangat senang tinggal lebih lama, seperti Wi-Fi gratis, tempat dan fasilitas yang nyaman, itu buktinya. kedai kopi. Kecuali jika menyebabkan hedonisme, gejala gaya hidup ini dapat dilihat sebagai gejala dan sebagai reaksi normal remaja terhadap situasi dan tuntutan keinginan mereka
DAFTAR PUSTAKA
Â
Akasah, U. H. (2017, Juli 15). Radar Surabaya. Diambil kembali dari Jawa Pos: https://www.jawapos.com/radarsurabaya/read/2017/07/15/1397/bisniskopi-makin-seks.
Agung. (2016, November 14). Diambil kembali dari Tirto.Id: https://tirto.id/potensi-ekonomi-800-kedai-kopi-di-yogya-capai-rp3504- miliar-b4TR
Deny, S. (2016, Maret 10). Diambil kembali dari Liputan 6: http://bisnis.liputan6.com/read/2455648/masyarakat-ri-masih-rendahkonsumsi-kopi
Idris, M. (2017, Juli 5). Finance. Diambil kembali dari Detik.com: https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/3548470/mau-bukabisnis-kedai-kopi-berapa-sih-modalnya
Kompas Cyber Media. 2005.
Majalah Swasembada. 1995. "Galeria di Yogyakarta", Edisi No. 1, tahun XII. 9
Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
Susianto, H. "Studi Gaya Hidup Sebagai Upaya Mengenali Kebutuhan Anak Muda". Dalam Jurnal Psikologi dan Masyaralat, vol. I, no.1 hlm. 55---76. Jakarta: Grasindo, 1993.
Wahyuni, T. (2015, Oktober 3). Diambil kembali dari CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20151002204810-262- 82494/unique-selling-point-modal-untuk-membuat-kedai-kopi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI