FENOMENA DIGITALISASI DAN AIÂ
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi digital dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) berkembang begitu pesat dan memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Kehadiran aplikasi seperti ChatGPT, pemanfaatan big data dalam industri, hingga otomatisasi pekerjaan di berbagai sektor menjadi bagian dari realitas baru yang tidak bisa dihindari. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada cara kita berkomunikasi dan memperoleh informasi, tetapi juga membentuk ulang cara belajar, cara berpikir, dan bahkan cara kita berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kalangan mahasiswa, kondisi ini merupakan tantangan sekaligus peluang. Mereka adalah kelompok yang relatif lebih siap secara teknologi dibandingkan generasi sebelumnya, namun tetap membutuhkan arahan agar bisa menggunakan perkembangan ini secara produktif, bukan sekadar konsumtif.Â
MAHASISWA BUKAN SEKADAR KONSUMEN TEKNOLOGIÂ
Dalam praktiknya, banyak mahasiswa hari ini masih terjebak sebagai konsumen pasif teknologi digital. Media sosial, game online, atau aplikasi hiburan sering kali lebih mendominasi penggunaan gawai mereka dibandingkan pemanfaatan untuk pengembangan akademik maupun inovasi. Padahal, mahasiswa memiliki posisi strategis untuk menjadi pionir perubahan. Dengan kemampuan berpikir kritis dan akses ke berbagai sumber pengetahuan, mahasiswa seharusnya bisa melampaui sekadar pengguna. Misalnya, kecerdasan buatan dapat digunakan sebagai alat bantu penelitian, penyusunan karya ilmiah, pembuatan konten edukatif, hingga pengembangan bisnis rintisan berbasis digital. Jika dimanfaatkan secara kreatif, teknologi justru akan memperluas ruang gerak mahasiswa untuk melahirkan karya-karya inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat luas.Â
TANTANGAN LITERASI DAN ETIKA DIGITAL Meski demikian, perkembangan teknologi juga membawa dampak negatif yang tidak bisa diabaikan. Masifnya penyebaran hoaks, plagiarisme digital, penyalahgunaan AI untuk manipulasi data atau gambar, serta ancaman berkurangnya lapangan pekerjaan akibat otomatisasi menjadi persoalan serius yang harus diantisipasi. Mahasiswa, sebagai kelompok terdidik, memiliki tanggung jawab moral untuk menempatkan diri bukan hanya sebagai pengguna, tetapi juga sebagai penjaga nilai dan etika dalam ruang digital. Literasi digital menjadi kata kunci: kemampuan untuk memilah informasi, mengelola data, serta menggunakan teknologi dengan bijak adalah kompetensi yang mutlak dimiliki. Lebih jauh, mahasiswa dapat berperan sebagai agen edukasi masyarakat, dengan mengkampanyekan penggunaan teknologi yang sehat, mendorong budaya akademik yang jujur, dan memperjuangkan agar teknologi tetap berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan.
Â
REFLEKSI PERAN MAHASISWA
Pada akhirnya, peran mahasiswa dalam menghadapi era digital dan AI bukan hanya soal menguasai teknologi, tetapi juga bagaimana mereka mampu menempatkan diri sebagai garda depan perubahan sosial. Mahasiswa dituntut untuk menghadirkan solusi, bukan sekadar kritik; memberikan teladan etis, bukan hanya terjebak dalam euforia digital; serta menjaga nilai kemanusiaan di tengah derasnya arus algoritma. Dengan begitu, keberadaan mahasiswa akan selalu relevan sebagai agen transformasi yang tidak hanya berpikir kritis terhadap teknologi, tetapi juga bijak dalam menggunakannya demi kepentingan bangsa dan masa depan peradaban.
HARAPAN KE DEPAN Era digital dan kecerdasan buatan sesungguhnya tidak perlu ditakuti, sebab keduanya merupakan keniscayaan dalam perjalanan peradaban. Yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk mengelola perubahan tersebut agar tidak mendominasi, melainkan menjadi mitra yang memperkuat kualitas hidup manusia. Mahasiswa memiliki peran vital dalam proses ini: mereka dapat menjadi jembatan antara kemajuan teknologi dengan kebutuhan sosial. Dengan sikap kritis, kreativitas tanpa batas, dan semangat kolaboratif, mahasiswa mampu menjadikan teknologi sebagai sarana membangun masa depan bangsa yang lebih maju. Harapan ke depan, mahasiswa bukan hanya sekadar objek dari derasnya arus digitalisasi, melainkan aktor utama yang memastikan bahwa teknologi benar-benar membawa manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Jika peran ini dijalankan dengan kesadaran penuh, maka mahasiswa akan selalu relevan, bahkan di tengah dunia yang semakin dikendalikan oleh algoritma dan kecerdasan buatan.
Penulis : Ramadhan Hidayattulloh
SUMBER REFERENSI AKADEMIK :