Mohon tunggu...
R Hady Syahputra Tambunan
R Hady Syahputra Tambunan Mohon Tunggu... Sales - Karyawan Swasta

Pemerhati Politik Sosial Budaya. Pengikut Gerakan Akal Sehat. GOPAY/WA: 081271510000 Ex.relawan BaraJP / KAWAL PEMILU / JASMEV

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penghapusan Pelajaran Agama di Sekolah, Ide Kebhinekaan atau Sekularisme?

6 Juli 2019   04:41 Diperbarui: 6 Juli 2019   04:47 6014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: tangkap layar jpnn

Harap publik tidak bereaksi berlebihan atas gagasan mentah ini. Ini konsukuensi dari kebebasan berpendapat di dalam negara demokrasi.

Bisa jadi karena pendukung Jokowi berasal dari beragam entitas. Tidak hanya kalangan nasionalis dan jaringan NGO-Islam liberal, sekte minoritas keagamaaan dll, pendukung Jokowi juga berasal dari kelompok keagamaan.

Aswaja tradisional yang berafiliasi ke PKB, PPP melalui gerbong NU pasti punya pemikiran yang akan diperjuangkan dan dimenangkan. Sebut saja "hari santri", UU Pesantren, atau mungkin UU Islam Nusantara.

Setelah Jokowi berkuasa kembali, maka organ-organ pendukung Jokowi akan bertarung. Yang merasa berjasa lebih besar dan berdarah darah maka akan merasa berhak mendapat kue yang lebih besar. Tidak hanya jabatan politik, BUMN, juga posisi strategis lainnya yang diperebutkan. Idealisme masing-masing tentu ingin "dimenangkan".

Yang merasa Indonesia darurat "radikalisme, ISIS, Khilafah" maka akan memenangkan Islam Nusantara sebagai gagasan utama. Bila perlu menjadi pijakan kebijakan negara. Yang kurang berciri aswaja versi tertentu, maka siap-siap di hajar dengan narasi: "intoleran, garis keras, radikal".

Yang berpendapat "Indonesia kurang toleran" pada sekte keagamaan yang menyimpang dan membuat pemeluk agama utama marah, maka akan memperjuangkan Undang-undang, kebijakan yang melindungi kebebasan ber-aliran.

Yang nyaman tidak memeluk agama formal dan cukup pada keyakinan kepercayaan yang dipeluknya, bisajadi tidak cukup puas hanya "penghapusan kolom agama di KTP", "pencatatan nikah di akte sipil" dll.

Termasuk yang kurang nyaman segenap kehidupan diatur dalam norma-norma agama, maka tidak heran ia akan menyuarakan ide liberalisme yang dibungkus dengan cara perlahan-lahan.

Narasi "Agama menciptakan perbedaan dan membedakan dan potensi perpecahan". Sambil seakan-akan lupa bahwa Indonesia sudah dewasa pada perbedaan agama, bahasa, suku, adat istiadat selama ribuan tahun.

Maka..

Lihat saja dulu Jokowi dan jajaran akan condong kemana. Kritisi dan tetap berkepala dingin. Bila hanya wacana dan gagasan, kita cukup balas dengan wacana dan gagasan yang kita yakini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun