Berkolaborasi, mereka berusaha mengendus dalang dibalik sindikat organisasi judi online yang ternyata dilindungi pembesar negara Iqbal Mahardika (diperankan Chandra Satria), merupakan calon gubernur Jakarta dengan ambisi besar dan yang sok peduli kepada masyarakat.
Film ini menitipkan keresahan nyata, dimana Agen +62 menyentuh kejadian yang meresahkan yakni judi online (judol) sebagai kejahatan sistematis dan sistemik layaknya kanker yang bukan hanya menipu orang dewasa, tapi juga memperalat anak-anak sebagai operator.Â
Tidak hanya itu saja, film ini juga menebar opini dan prasangka apakah ada peran kekuasaan sehingga siapakah penggerak Judol ??Â
Bisa jadi ini hanya untuk kebutuhan sisi drama di film, ketika Dito dan Martha melacak bahwa anak-anak panti asuhan milik Iqbal dijadikan operator situs judi.Â
Anak-anak ini terkurung diberi tempat beristirahat dan makan, tapi tak punya pilihan. di ruang bawah tanah milik Jessica (Cinta Laura), cem-cem'an Iqbal yang merupakan big bos sindikat Judol.Â
Film ini mengekspos realita eksploitasi anak secara terselubung yang sering luput dari sorotan publik.Â
Demi menambah sisi drama, film ini diperkuat karakter pendukung seperti paman Dito (Fanny Fadillah) dan ayahnya (Tenno Ali). Mereka yang menjadi orang yang tersesat kecanduan Judol.
Penonton akan diajak untuk memahami latar belakang psikologis dan tekanan sosial yang mendorong seseorang kenapa warga terjerat judol !!
Paman Dito menghayal judol sebagai "jalan cepat kaya". Sedangkan ayah Dito juga terlilit utang karena tergoda ikut-ikutan, hingga harta benda habis digadainya. Tertampil dan menjadi gambaran bahwa dampak judi online dan secara nyata menyasar grass root.Â
Awal-awal scene, tempo Agen +62 dibuat kocak bikin deg-deg'an dengan aksi kejar-kejaran, kemudian melambat dihabiskan untuk memperkenalkan karakter Dito dan Martha, dengan berusaha menginjeksi penonton menyangkut reputasi mereka sebagai agen yang diremehkan.Â