Setiap pramugari sepertinya punya wewangian andalannya sendiri-sendiri. Beberapa diantara mereka memilih Chanel Chance Eau Tendre karena kelembutannya yang feminin dan tahan lama.
Yang lain menggunakan Jo Malone English Pear & Freesia karena kesegaran buah apel dan floralnya yang begitu elegan.
Dolce Gababba Light Blue juga jadi pilihan dengan karakter citrus, fruity, dan sedikit musky, yang memberikan kesan segar, energik, dan tidak menyengat.
Ada juga yang memilih parfum lokal yang baru launching april 2025 lalu, tapi justru itu membuat aromanya menjadi miliknya sendiri, tidak umum, tapi tak terlupakan, scentplus 925 (DI SINI).
Suatu hari, saat melayani penerbangan kemana pun tujuannya, ku melihat dan mendengar ada saja seorang penumpang wanita yang duduk di kelas bisnis menatap para pramugari dan bertanya dengan senyum, “Maaf, parfum apa yang kamu pakai... wangi -nya lembut dan sopan. Apa brand-nya?”
Pramugari itu tersipu, dengan senyum simpulnya “Ah, ini hanya parfum dengan aroma peony. Saya senang kalau Ibu suka.”
Wanita itu mengangguk “Itu wangi yang menenangkan saya. Cocok untuk seseorang yang selalu berada di udara.”
Pramugari itu hanya bisa tersenyum. Karena memang itulah tujuannya ia menggunakan aroma itu. Parfum bukan'lah sekadar pelengkap penampilan buatnya.
Bagi pramugari, parfum adalah wibawa yang tak terlihat. Ia membangun kesan, menciptakan rasa nyaman, dan menjadi bagian dari pelayanan kepada penumpang dengan penuh kesopanan.
Di akhir penerbangan, wangi itu masih tersisa samar-samar di lehernya. Seperti memberi jejak perjalanan yang baru selesai, dan meminta kami ke penerbangan berikutnya.