Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Stop Pneumonia pada Anak, Saatnya Kita Sadar dan Bertindak

25 Agustus 2019   22:05 Diperbarui: 26 Agustus 2019   12:45 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Save Me From Pneumonia I Sumber Foto : Olah Digital - Pexels (free picture platform)

Penyakit radang paru (Pneumonia) sangat rentan dialami bayi dan anak berusia kurang dari lima tahun. Bahaya penyakit ini bisa dapat menyebabkan komplikasi serius jika status gizi anak buruk, dan anak menderita kelainan bawaan. 

Para orang tua juga harus mengenali penyakit ini sejak dini karena jika penyakitnya terlambat dikenali dan ditangani akan memiliki risiko terdampak Pneumonia.

Pneumonia pada balita pengertian secara umumnya yakni di mana seharusnya paru-paru berisi udara akan terisi cairan atau nanah menyebabkan batuk berdahak demam sesak nafas dan bahkan dapat berujung pada kematian. 

Secara medis Pneumonia dpat dijelaskan adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya Pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasanya siebut bronchopneumonia).

Penyebab penyakit Pneumonia yang pertama adalah kuman penyakit yang dapat menular melalui udara dari air ludah, bersin dan juga darah, penyebab yang kedua adalah daya tahan tubuh lemah sehingga mudah terserang penyakit, penyebab yang ketiga adalah sirkulasi udara di dalam ruangan, dan penyebab yang keempat adalah kebiasaan memberikan makanan tidak sehat pada balita.

Deskripsi : Setengah Kematian anak akibat Pneumonia berkaitan dengan polisi udara (rokok) I Sumber Foto : stoppneumonia.id
Deskripsi : Setengah Kematian anak akibat Pneumonia berkaitan dengan polisi udara (rokok) I Sumber Foto : stoppneumonia.id
Sudah saatnya kita melakukan aksi untuk menghentikan Pneumonia pada anak. Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian Pneumonia di negara berkembang seperti Indonesia yaitu: kurangnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (salah-satunya asap rokok), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurangnya imunisasi campak.

Untuk itu perlunya kita sebagai warga mengingatkan warga lain yang memiliki balita untuk menjaga kesehatan buah hati dari bahaya Pnemunioa. 

Dalam banyak penelitian menyebutkan bahwa Pneumonia pada anak disebabkan oleh dua jenis bakteri, yaitu: Haemophilus Influenzae tipe B (Hib) dan Streptococcus pneumoniae. Kedua bakteri ini juga dapat menyebabkan meningitis akut (infeksi pada selaput yang menutupi otak) pada anak-anak.

Sebenarnya penyakit Pneumonia ini bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan ada 30 sumber infeksi dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

Deskripsi : Lindungi Generasi Bangsa dari Pneumonia I Sumber Foto : Canva
Deskripsi : Lindungi Generasi Bangsa dari Pneumonia I Sumber Foto : Canva
Ada beberapa ciri dan dampak yang timbul dari Pneumonia seperti demam disertai berkeringat, sesak nafas dan nyeri di bagian dada, mudah lelah disertai sakit kepala. Penderita dapat pula kesulitan dalam bernapas, batuk rejan yang merupakan salah satu gejala umum pada anak ketika ia terkena Pneumonia. 

Gejala penyakit ini juga dapat dilihat dengan napas cepat dan napas sesak. Untuk memastikan pneumonia pada anak, dokter akan memeriksa pola pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan mendengarkan apakah ada suara napas abnormal dari paru-paru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun