Bila membahas stabilitas sistem keuangan pasti tidak akan jauh-jauh dengan Bank Indonesia. Sebagai Bank Central tentunya Bank Indonesia memiliki andil besar dalam perekonomian Indonesia baik masa lalu, saat ini dan masa depan.Â
Bangsa ini  pernah merasakan pukulan berat ditahun 1998 yang menimbulkan krisis ekonomi dan juga hampir mengalami krisis ditahun 2008. Ketidakpastian perekonomian global saat ini yang  dirasakan dan terus meningkat memberikan tekanan bagi stabilitas sistem keuangan Indonesia.Â
Indonesia saat ini sudah memiliki sistem yang menjaga agar krisis tidak terulang. Walaupun kita tidak bisa juga mengindahkan adanya perang dagang antara USA dan Tiongkok, kuatnya indikasi perlambatan ekonomi global, serta berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter AS mengurangi risk appetite investor global terhadap aset keuangan negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.Â
Untuk itu perlunya kita percaya terhadap Pemerintah dan peran Bank Indonesia dalam menjaga Stabilitas Sistem Keuangan. Kepercayaan publik menjadi amat penting dan menjadi salah-satu hal yang membuat ekonomi sebuah negara tetap stabil.
Apakah itu Stabilitas Sistem Keuangan ? ...Â
Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) sebenarnya belum memiliki definisi baku yang telah diterima secara internasional. Pengertian SSK menurut Bank Indonesia adalah suatu kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional berfungsi secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan atau pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional (PBI 16/11/PBI/2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial).Â
Kita patut untuk memahami dampak ketidakpastian perekonomian global berpotensi meningkatkan risiko sistem keuangan Indonesia, untuk itu perlu di waspadai.Â
_
Dua Sisi Mata Uang Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Sistem Keuangan
Ada tiga kerentanan utama akibat ketidakpastian perokonomian global, yaitu perlambatan pertumbuhan retail funding yang masih menjadi sumber dana utama bank, kondisi saving investment gap yang negatif di tengah pasar keuangan yang belum dalam, dan peningkatan kebutuhan pembiayaan eksternal korporasi yang berpotensi meningkatkan dampak dari volatilitas nilai tukar dan suku bunga global.Â