Mohon tunggu...
Rakhmasari Kurnianingtyas
Rakhmasari Kurnianingtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba melukis cerita lewat aksara

belajar dari mendengarkan dan melihat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pasar Tradisional yang Modern

16 Maret 2022   20:43 Diperbarui: 16 Maret 2022   20:48 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Tradisional (Photo by piqsels.com/public-domain-photo-olqji)

Apa kabar pasar sekarang? Pasar disini adalah pasar tradisional sebagai tempat penjual dan pembeli bertemu secara langsung untuk melakukan transaksi. Pasar yang dulu menjadi tempat idola ibu-ibu untuk berbelanja.

Sejak makhluk bernama Covid 19 mengobrak abrik tatanan kehidupan normal, pasar tradisional pun kebagian getahnya. Pasar yang sebelumnya sudah mulai sepi karena kalah pamor dengan pasar modern, semakin merana nasibnya.

Pasar tradisional memang identik dengan ketidakteraturan. Los pedagang yang sempit dengan tata letak yang jauh dari kata estetik. Tidak ada klaster jualan. Pedagang sayur bisa tetanggaan sama pedagang baju, pedagang ayam pun bisa tetanggaan sama pedagang sandal. Mereka nyaman-nyaman saja berjualan.  

Begitupun pembeli tidak masalah dengan dengan kondisi seperti itu. Walaupun untuk mendapatkan semua kebutuhan yang mau dibeli, entah berapa bahu yang mereka senggol sepanjang lorong pasar. Pasar tradisional masih menjadi favorit ibu-ibu untuk berbelanja karena bisa menyalurkan hobi tawar menawarnya.

Tapi siapa coba yang berani masuk pasar tradisional waktu Covid 19 sedang dahsyat-dahsyatnya mengamuk? Anjuran untuk jaga jarak dan meminimalisir kontak dengan orang lain susah dihindari di pasar tradisional.

Akhirnya orang mulai beralih ke pasar modern. Pasar yang mengadaptasi gaya pasar tradisional tetapi lebih tertata dan cantik. Bangunan pasar lebih bersih, lorong yang lebar, pedagang yang dikumpulkan sesuai jenis dagangannya, keamanan yang lebih terjamin. Tapi poin pentingnya ibu-ibu tetap bisa tawar menawar, tidak seperti belanja di swalayan.

Sekarang di saat kasus Covid 19 mulai melandai, pasar tradisional sepertinya sudah mulai ramai lagi. Orang sudah merasakan rindu belanja langsung di pasar, daripada hanya pencet-pencet aplikasi di handphone. Memang sejak pandemi bermunculan aplikasi-aplikasi belanja sayur mayur untuk memudahkan ibu rumah tangga berbelanja. Tapi sensasi tawar menawar tidak bisa digantikan oleh apapun.

Namun ada yang berbeda saat kita belanja di pasar tradisional sekarang. Musibah pandemi ternyata telah membuat orang banyak belajar. Seperti saat saya mencoba belanja ke pasar tradisional lagi setelah hampir 2 tahun hanya memesan online dan kadang-kadang belanja di tukang sayur lewat.

Ketika saya melewati los penjual ikan, saya mendengar orang bersahut-sahutan menjajakan dagangannya dengan bahasa gaul yang tidak lazim kita dengar di pasar tradisional. Karena penasaran saya akhirnya mendekat dan benar saja. Beberapa penjual ikan sedang melakukan live Instagram menjajakan dagangannya.

Saya takjub melihat pemandangan ini. Rupanya pandemi telah menstimulus orang-orang yang tadinya buta teknologi menjadi terpacu menyesuaikan diri. Perkembangan zaman telah memaksa mereka untuk lebih kreatif.

Ketika saya ajak ngobrol si ibu bercerita dia belajar dari anaknya untuk bisa mahir berjualan online. Karena selama pandemi penjualannya semakin menurun. Ternyata di pasar tradisional pun sekarang sudah terbawa arus modernisasi teknologi. Lebih banyak juga orang yang terbantu, seperti para driver ojek online yang akan mengantarkan barang yang laku terjual selama si ibu live di Instagram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun