Mohon tunggu...
Raka Subardo
Raka Subardo Mohon Tunggu... wiraswasta -

"Tuhan tidak terbatas. Namun manusia lah yang membatasi tentang keberadaan Tuhan"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Apa dengan Bangsa Ini?

13 Agustus 2015   08:35 Diperbarui: 13 Agustus 2015   08:35 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lama saya tidak menulis di kompasiana, lama juga saya tidak mengikuti perkembangan politik. Saya seakan asik sendiri sehingga luput dari perkembangan terkini bangsa ini. Bagi saya hiruk pikuk perpolitikan dan perdebatan yang panjang mengenai ketidak beresan dalam pengelolaan bangsa ini bukanlah urusan saya. Serahkan dan percayakan semua itu kepada pemimpin yang kita pilih, meski mungkin ada dari antara kita yang tidak memilihnya, namun itulah resiko demokrasi. Mau tidak mau kita harus menerima siapapun yang menjadi pemimpin kita. Bukannya Dihina!

Ada apa sih dengan bangsa ini? Kesopanan, Kesantunan dan Budipekerti yang selama ini kita junjung tinggi dan menjadi jati diri bangsa ini seakan lenyap tergerus kebebasan --yang sebagian orang menyebutnya Demokrasi. Kebebasan berbicara yang selama pemerintahan ORBA dipasung dan dikebiri kini meluap tak terkendali, bahkan luapannya menyentuh --bukan lagi dinding Istana, tapi sudah masuk kedalam kamar Istana. Setiap orang memiliki kekebalan untuk mengkritik presiden. Bahkan bukan lagi kritikan tapi sudah menghina dan mencaci secara verbal.

Kita selalu banggga akan ketimuran kita. Apalagi bangsa kita yang terkenal akan tutur katanya yang santun, lembut sopan, dan penuh keramahan. Namun agaknya predikat tersebut harus dihapus. Sepertinya sedikit atau bahkan tidak ada satu bangsa pun di kolong langit ini yang penduduknya menghina secara verbal Presidennya, baik melalui media massa, televisi ataupun media sosial.

Amerika yang menjadi kiblat Demokrasi seluruh dunia, jarang terdengar penduduknya menyerang Presidennya secara frontal. Apa kurangnya mereka, dari segi pendidikan dan berdemokrasi, mereka lebih lama dari kita. Namun dari segi etika dan kesopanan, mereka jauh lebih tinggi dari kita. Mereka menyadari bahwa Presiden adalah Lambang Negara dan Kehormatan Negara, jadi menghina Presiden sama saja dengan menghina Negara. 

Saya ingin menyeru kepada saudara-saudaraku yang Muslim. Kita harusnya malu sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, yang mengajarkan kedamian dengan menjauhkan fitnah, hinaan dan cacian, namun kita sendiri mencaci dan menghina Presiden yang merupakan Lambang Negara kita.

Begitupun saya menyeru kepada saudara-saudaraku yang Kristen dan Katolik. Tidakkah kita malu dengan ajaran yang disampaikan Yesus bahwa "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.". Namun sekarang kita tidak menyerang orang yang berbuat jahat, tapi sebaliknya melakukan tindak kejahatan dengan cara MENGHINA presiden yang merupakan kehormatan bangsa ini.

Demikian juga kepada saudara-saudaraku Konghucu, Budha, Hindu dan yang lainnya. Tidakkah kita merenung dan intropeksi diri. Dukunglah segala kebijakan mereka serta Kawal lah mereka dengan Demokrasi Kesantunan, bukan Demokrasi Jalanan. Kritik lah mereka, namun berikan juga solusi dan masukan. Agar kita tidak hanya bisa menyalahkan namun kosong dari masukan.

Tidakkah dengan menghina mereka sama saja kita menghina diri sendiri? Olehkarena itu untuk menjaga kewibawaan bangsa ini, perlu lah kita mendukung undang-undang tentang Penghinaan kepada Presiden. Agar kita paham apa itu hinaan dan apa itu kritikan. (Sukabumi, 13-08-2015/ Salam Damai)

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun