Mohon tunggu...
Olahraga

Buruknya Persepakbolaan Tanah Air

7 Juni 2015   21:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:17 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Setiap warga negara Indonesia pasti sadar akan buruknya prestasi tim nasional sepakbola tanah air. Selain buruknya prestasi tim nasional, kualitas liga dan  pembinaan pemain serta adanya kekacauan di tubuh pengurus PSSI mengakibatkan kualitas persepakbolaan di tanah air kita ini menjadi buruk. Jangankan dapat berprestasi di tingkat dunia, pada level Asia saja Indonesia masih sangat susah berprestasi, bahkan kekuatan tim nasional Indonesia di mata negara Asia Tenggara semakin menurun. Dahulu Indonesia adalah tim yang sangat ditakuti dan mempunyai kekuatan seperti halnya Thailand di Asia Tenggara. Namun, sekarang level tim nasional Indonesia dirasa tidak sanggup menunjukkan kekuatan di mata negara sesama Asia Tenggara.

Jika kita melihat bakat pemain, Indonesia tidak kekurangan pemain yang berbakat dan berkualitas. Buktinya adalah prestasi pemain muda Indonesia yang cukup meraih prestasi di turnamen usia 12 tahun kebawah di pentas dunia. Meskipun belum meraih juara pertama namun tim nasional cilik Indonesia dianggap memiliki kekuatan dan dapat berbicara banyak pada pentas sepakbola junior tingkat internasional. Bahkan pemain muda bernama Irvin Museng, pemain asal Indonesia yang berhasil menjadi top skorer Danone Cup pada tahun 2005 dan pada akhirnya direkrut oleh Ajax Amsterdam sebagai tim junior. Namun ketika visa pemain ini habis, pihak Indonesia tidak ada yang mau mengurus sehingga dia harus dipulangkan ke Indonesia.

Kita juga memiliki pemain bernama Kurniawan Dwi Yulianto yang pernah beraksi di liga Italia muda bernama Primavera. Bahkan Kurniawan bersaing dengan Del Piero di tangga top skorer. Del Piero adalah pesepakbola legendaris dunia sedangkan kurniawan adalah pemain yang tidak cukup dikenal oleh dunia namun dia dapat menunjukkan taringnya.

Dengan pemain-pemain berbakat seperti itu dan banyaknya orang yang mencitai sepakbola, mengapa Indonesia tidak dapat berprestasi di level Internasional bahkan semakin merosot prestasi setiap tahunnya. PSSI adalah pihak yang banyak disalahkan karena PSSI yang bertanggung jawab atas segala masalah  yang ada pada persepakbolaan Indonesia. Masalah yang harus dibenahi oleh PSSI adalah kualitas liga, pembinaan pemain, kompetisi U21 dan tentu saja pendanaan. Sistem pembinaan dan pelatihan tentu saja berimbas dengan kualitas pemain tim nasional. Untuk persiapan laga internasional, tim nasional Indonesia memerlukan banyak waktu dan uang untuk Training Center. Sampai kapan kita akan membuang-buang waktu dan uang. Seharusnya tidak perlu dilakukan TC terlalu lama dengan biaya yang banyak. Seharusnya klub yang harus melakukan pembinaan dan pelatihan pemain dengan baik sehingga tidak perlu banyak waktu dan uang untuk TC timnas.

Aspek lainnya adalah kompetisi U21. Di setiap negara yang kualitas persepakbolaannya baik,  pasti ditunjang dengan kompetisi yang baik untuk pemain muda U21.Keberadaan kompetisi U21berguna sebagai pembinaan dan pengembangan bakat pemain-pemain muda. Jika kompetisi ini berjalan serius dan baik maka pemain mudah memiliki wadah untuk meningkatkan kemampuan secara teknik maupun mental.

Selain pemain berbakat dan kompetisi muda, masih banyak aspek lain yang harus diperhatikan dan perlu dibenahi oleh PSSI. Satu lagi aspek penting adalah pendanaan bagi liga profesional. Solusinya bukan meminta uang APBD kepada pemerintah, namun PSSI harus membantu klub mencari sponsor dan melangkah menjadi klub yang lebih profesional. Selain masalah liga profesional, yang perlu diperhatikan lagi oleh PSSI adalah komitmen untuk mengembangkan pembinaan. Jika tim Indonesia junior U12 bisa meraih prestasi pada tingkat dunia namun mengapa tim nasional senior masih jauh dari kata prestasi. Dilihat dari hal ini, terjadi adanya suatu hal yang membatasi perkembangan pemain junior untuk menjadi tetap berkualitas di level senior. Solusinya bisa dengan membuat kompetisi pada U18, U19 dan U21 sebagai jembatan untuk mempertahankan kemampuan.

Ditambah lagi faktor infrastruktur, jangankan untuk pemain muda. Untuk pemain senior saja masih belum layak infrastrukturnya. Jika melihat infrastruktur yang dimiliki oleh Jepang,  Jepang memiliki kualitas infrastruktur yang jauh lebih baik dan layak sehingga pemain dapat terfasilitasi dalam mengembangkan kemampuan dan mental. Logikanya bagaimana pemain dapat berkembang jika fasilitas dan infrastruktur kurang memadai.

Masalah lain dalam persepakbolaan Indonesia tidak ada hubungannya dengan PSSI. Salah satu masalahnya justru datang dari para atlet sendiri, yaitu mental. Hampir semua pemain di Indonesia tidak memiliki etos kerja yang baik dan mental yang sangat lemah. Mereka cenderung manja sehingga gampang menyerah dalam pertandingan. Bahkan pemain malas berlatih dan merasa mereka mampu tanpa latihan. Ada pemain yang merasa kelelahan dalam perjalanan sehingga mereka menolak untuk berlatih. Lalu pelatih mencoret nama mereka dan tidak diberikan kesempatan bermain. Akibatnya mereka protes dan justru pelatih yang dapat imbasnya.

Kesimpulannya masih banyak aspek yang perlu dibenahi oleh semua unsur yang berhubungan dengan persepakbolaan Indonesia. Mulai dari PSSI, klub, pemain bahkan pecinta sepak bola tanah air. Sampai kapan kita akan mensyukuri kekalahan? Semoga akan ada perubahan kualitas sepakbola di tanah air tercinta kita ini. Semoga semua menjadi lebih baik.

  

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun