Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Mampukah Tangisan Netizen Malaysia Mengantar "Sore" ke Panggung Oscar?

2 Oktober 2025   13:16 Diperbarui: 2 Oktober 2025   17:25 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa kru dan pemain film Sore berfoto bersama di pawagam Malaysia (Sumber: dokumentasi Cerita Films)

Kekuatan hype regional ini, ditambah dengan kualitas film yang memang mendalam, terbukti efektif. Grandma kemudian dipilih menjadi wakil Thailand, dan yang paling penting, berhasil menembus shortlist 15 besar Best International Feature Film Oscar 2025. 

Tentunya, ini adalah pencapaian bersejarah bagi sinema Thailand. Karena pertama kalinya bisa menembus shortlist Oscar 2025, sesuatu yang belum pernah dicapai oleh Indonesia sejak pengiriman pertama tahun 1987 (Nagabonar, Oscar ke-60). 

Jika dilihat lebih dekat, kisah Sore dan Grandma berjalan di atas rel yang sama. Kedua film ini sukses karena menjual emosi universal yang kuat, berakar pada isu keluarga, penyesalan, dan cinta yang mudah dicerna dan dirasakan di mana saja, mulai dari Jakarta hingga Kuala Lumpur. 

Selanjutnya, keduanya sangat bergantung pada digital hype lintas negara. Review dan spill emosional di media sosial menciptakan bola salju popularitas yang melampaui batas box office domestik. Antusiasme ini bukan hanya sekadar jumlah view atau like, melainkan bukti daya tarik budaya pop regional. 

Dan yang terakhir, keberhasilan Grandma mencapai jalur shortlist menunjukkan bahwa dukungan emosional dari grassroots di Asia Tenggara bisa menjadi buzz yang menarik perhatian komite juri Oscar. Yang mungkin sedang mencari kisah-kisah humanis yang fresh dan otentik dari seluruh dunia. 

Tantangan menjelang shortlist

Meskipun tangisan netizen Malaysia menjadi modal buzz yang luar biasa, perjalanan Sore: Istri dari Masa Depan masih panjang dan terjal. 

Mencapai shortlist Oscar bukanlah sekadar masalah popularitas atau jumlah air mata yang tumpah, melainkan tentang strategi lobi, marketing yang terstruktur di Amerika, serta bagaimana komite Oscar, yang terdiri dari ribuan profesional industri, merespons film tersebut.

Di sinilah letak perbedaan antara hype media sosial dan "game" Oscar yang sebenarnya. Tim produksi Sore harus mampu menerjemahkan antusiasme emosional di Asia Tenggara menjadi narasi yang kuat bagi para pemilih di Hollywood.

Namun, satu hal yang pasti, tangisan dan pujian dari Malaysia kini menjadi bagian penting dari narasi global Sore: Istri dari Masa Depan. Ini membuktikan bahwa film Indonesia memiliki kekuatan emosional untuk menggerakkan hati audiens internasional. 

Jika hype digital ini dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin Sore akan mengulang sejarah Grandma dengan menembus shortlist 15 besar. Yang artinya, akan memecahkan rekor sebagai film Indonesia pertama yang masuk shortlist. Syukur-syukur melaju hingga nominasi akhir. 

Dukungan emosional dari fans serumpun telah membuka pintu, kini tinggal bagaimana tim Indonesia memanfaatkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun