Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Mampukah Tangisan Netizen Malaysia Mengantar "Sore" ke Panggung Oscar?

2 Oktober 2025   13:16 Diperbarui: 2 Oktober 2025   17:25 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri film Asia Tenggara kembali menjadi sorotan global. Setelah kehebohan tahun lalu yang berhasil mengantar sinema Thailand ke gerbang Oscar, kini giliran Indonesia yang berharap. 

Film drama fantasi romantis, Sore: Istri dari Masa Depan (selanjutnya Sore), resmi menjadi wakil Indonesia di ajang Academy Awards ke-98 (Oscar 2026) untuk kategori "Best International Feature Film".

Namun, sorotan terhadap peluang film arahan Yandy Laurens ini tidak hanya datang dari dalam negeri. Sebuah fenomena menarik dan kuat muncul dari negeri tetangga. 

Yakni tangisan massal netizen Malaysia yang membanjiri media sosial dengan konten review emosional, setelah film ini tayang perdana di sana sejak 25 September 2025. 

Pertanyaannya, mampukah hype lintas batas negara ini memberikan dorongan signifikan, meniru formula sukses film Asia yang berhasil mencuri perhatian juri Hollywood?

Dari TikTok hingga Oscar, kekuatan emosi lintas budaya 

Fenomena yang dialami Sore di Malaysia merupakan cerminan sempurna dari kekuatan media sosial dalam mempromosikan konten emosional. Film dengan plot unik tentang seorang istri dari masa depan yang kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan suaminya ini, jelas menyentuh isu universal: cinta, penyesalan, dan waktu.

Di Malaysia, di mana film Indonesia kerap mendapat tempat di hati penonton, Sore meledak. Berbagai platform, terutama TikTok dan X (Twitter), dipenuhi video review yang menunjukkan penonton, baik pria maupun wanita, menangis tersedu-sedu. 

Kebanyakan mereka memuji kedalaman cerita, sinematografi indah berlatar Kroasia, serta scoring musik yang menusuk. Tentunya tangisan ini bukan sekadar luapan emosi sesaat. Ini menjadi bukti bahwa tema humanis yang disajikan film ini berhasil melintasi sekat budaya, bahasa, bahkan identitas negara.

Kekuatan word-of-mouth digital inilah yang menjadi mata uang baru dalam persaingan menuju Oscar. Hollywood, yang sering dituduh terlalu fokus pada kacamata Barat, belakangan semakin membuka diri pada cerita-cerita intim dari berbagai belahan dunia, asalkan ceritanya kuat secara emosional. Dan Sore memiliki itu.

Cermin kesuksesan How To Make Millions Before Grandma Dies

Kehangatan gala premiere Sore di Malaysia (Sumber: dokumentasi Cerita Films)
Kehangatan gala premiere Sore di Malaysia (Sumber: dokumentasi Cerita Films)
Fenomena ini memiliki kemiripan yang mencolok dengan apa yang terjadi setahun sebelumnya. Pada tahun 2024, hype serupa melanda Asia Tenggara ketika film Thailand How To Make Millions Before Grandma Dies (selanjutnya Grandma) diputar di bioskop.

Film drama keluarga yang menyentuh tentang hubungan cucu dan neneknya ini berhasil menyedot jutaan penonton, termasuk di Indonesia. Netizen Indonesia saat itu gencar membuat konten, memberikan rating sempurna, dan merayakan keberhasilan film tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun