Mohon tunggu...
Raja FannyFatahillah
Raja FannyFatahillah Mohon Tunggu... Aktor - Pemuda Bersayap Mancanegara Berkaki Nusantara

Hidup sekali, Berfikir dua kali, Bertindak dengan pertimbangan berkali-kali.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Banyak yang Tidak Tahu Kalau Al-Washliyah, NU, dan Muhammadiyah Satu Rahim

11 April 2020   19:04 Diperbarui: 11 April 2020   19:08 1742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Buku Tradisi Keilmuan Al-Washliyah

Ketika mendengar sekilas judul diatas, tentu sebagian masyarakat mungkin agak kebingungan. dan tidak sedikit yang bertanya-tanya mengapa dikatakan seperti itu. Secara garis besar memang AW, NU, dan Muhammadiyah sama-sama bergerak dalam bidang pergerakan ormas islam. kemudian sifat kepahlawanan dari tokoh masing-masing ormas Islam diatas sudah tak diragukan lagi dalam melawan penjajahan saat pra kemerdekaan. tapi tak hanya itu. banyak fakta-fakta yang belum banyak diketahui oleh orang banyak. setidaknya ada beberapa point yang membuat judul diatas menjadi kenyataan yang hakiki. mengapa ketiganya bisa dikatakan serahim? berikut ulasan beberapa point yang menunjukkan bahwa ketiganya dapat dikatakan serahim:

1. Ketiga Tokoh Pendiri AW, NU, Muhammadiyah Memiliki Guru Yang Sama 

Mungkin inilah alasan terkuat kenapa ketiganya sering disebut serahim perjuangan. Siapa sangka tokoh sekaliber KH. HASYIM ASY'ARI, KH. AHMAD DAHLAN, dan KH. M. ARSYAD THALIB LUBIS adalah tokoh yang mempunyai guru yang sama. bagaimana bisa?

Berdasarkan data pada sumber diatas menunjukkan bahwa ketiga tokoh itu memiliki guru yang sama yaitu SYEKH KH. AHMAD KHATTIB AL-MINANGKABAWI yang juga merupakan imam besar di dua kota suci, Makkah dan Madinah. khusus M.A. THALIB LUBIS memang tidak langsung berguru kepadanya, akan tetapi ia berguru kepada gurunya Syaikh Hasan Maksum yaNg notabene nya murid daripada SYEKH KH. AHMAD KHATTIB AL-MINANGKABAWI. Artinya secara pemahaman dan rujukan ilmu tentunya ketiganya memiliki persamaan yang mencolok.

Dengan kata lain,  Ketiganya memiliki nilai-nilai keislaman, perjuangan yang hampir sama satu dengan yang lain. sehingga memiliki semangat yang sama. sepulang tokoh-tokoh diatas dari  timur tengah, dan setelah selesai menuntut ilmu, mereka kembali kepangkuan Ibu Pertiwi untuk mendirikan ormas Islam di daerah masing-masing. Kenapa masing-Masing? Karena latar belakang wilayah nya berbeda-beda. Tapi secara runutan keilmuan ketiga nya sangat identik bersama. 

2. Sama-Sama Berperan Dalam Mendirikan Partai Masyumi

Pada  tanggal 07 November 1945 partai Masyumi lahir. Dan beberapa penggerak berdirinya Masyumi adalah ayoman daripada tokoh-tokoh AW, NU, dan Muhammadiyah serta ormas islam lainnya pada masa itu.

Sebut saja KH. Hasyim Asy'ari dari NU yang menjadi pimpinan Masyumi pertama, kemudian ada KH. Abdul Kahhar Muzakkir, dan sosok Buya Hamka yang ikut memotori Masyumi. Serta tak ketinggalan pendiri AL-Wasyliyah KH.Arsyad Thalib Lubis yang menjabat sebagai salah seorang anggota teras Majlis Syuro (Dewan Penasehat dan Pertimbangan Pimpinan Pusat Partai Masyumi) kala itu. Ketiga nya merupakan tokoh-tokoh yang sangat berperan terhadap perkembangannya partai besutan para ulama tersebut. sehingga tak heran jikalau ketiganya sering disebut pula "Serasa tapi tak sama" dalam hal bersiasah atau berdakwah. 

3. Menjadi Motor Penggerak atas Lahirnya MUI di Indonesia

MUI  didirikan bedasarkan kesepakatan para ulama, cendikiawan muslim, dan zu'ama yang hadir dari seluruh pelosok negri ini. yang mana ulama serta cendikiawan muslim pada saat itu memiliki frekuensi dakwah yang sama sehingga musyawarah tersebut menghasilkan satu lembaga yang dinamakan MUI.

Sejarah mencatat bahwa ada  10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, seperti, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al Jam'iyatul Washliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah, empat orang ulama dari Dinas Rohani Islam, Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan yang menjadi saksi berdirinya Majelis Ulama Indonesia (MUI).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun