Mohon tunggu...
Raja Azhar
Raja Azhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kehancuran Gaza Menjadi Alarm Bagi Pertahanan Indonesia

26 Desember 2023   08:36 Diperbarui: 26 Desember 2023   08:37 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serangan udara di Gaza (Reuters/Ibraheem Abu Mustafa)

Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober yang berhasil melakukan infiltrasi ke berbagai wilayah Israel, situasi di Gaza berkembang secara cepat dan dinamis. Sejak Israel melakukan responnya lewat operasi pedang besi atau operation iron sword, praktis mereka telah memegang kendali secara penuh atas superioritas udara di atas Gaza. Berbagai serangan udara Israel atas Gaza tidak sedikitpun mendapat tantangan dari Hamas, karena ketiadaan sistem pertahanan udara dan surface air missile yang memadai dan mampu menandingi jet tempur Israel. 

Terlepas dari siapa yang benar atau salah (tentu Palestina tetap berada di posisi yang benar) atau siapa yang harus bertanggung jawab atas rangkaian peristiwa sejak eskalasi dimulai pada 7 Oktober, kampanye dan serangan militer Israel di Gaza layak untuk mendapat sorotan lebih. Bukan soal kekejaman dan praktik genosida yang dilakukan Israel, namun bagaimana besarnya gap atau jurang teknologi persenjataan kedua pihak mendukung hal tersebut. Tercatat lebih dari 20.000 korban jiwa berjatuhan dari sisi Palestina, dan mayoritas korban tersebut disebabkan oleh serangan udara Israel. Pesawat-pesawat Israel bebas "menari-nari" di atas langit Gaza untuk melancarkan berbagai sortie serangan udara ke wilayah tersebut tanpa hambatan.

Kita harus mengetahui dahulu soal kekuatan udara dari Israel ini, dan kita akan berfokus pada jumlah alutsista jet tempur dari AU Israel. Dalam hal jet tempur, Israel memiliki lebih dari 300 unit dengan rincian 84 F-15 A/C, 25 F-15 I, 175 F-16 C/I dan sekitar 39 F-35 I. Ini jauh lebih besar daripada inventaris jet tempur yang dimiliki TNI AU, sekitar 5 atau 6 kalinya. Ini menunjukkan seberapa besar kekuatan dan kemampuan AU Israel, sehingga tidak heran jika Hamas tidak sanggup untuk melawan superioritas udara dari AU Israel. 

Efek destruktif dari masifnya serangan udara Israel di Gaza, bersamaan dengan jumlah korban tewas yang disebabkan seharusnya menyadarkan kita soal betapa pentingnya penguatan alutsista pertahanan di masa sekarang. Kemampuan tentara kita masih jauh dari keharusan minimal, bukan dalam hal moral atau kemampuan, namun lebih kepada alutsista yang dimiliki. Jika diilustrasikan serangan udara seperti Israel dilancarkan ke Indonesia, maka Indonesia hanya akan memiliki sedikit kemampuan untuk melawan dan melakukan counter-attack. 

Banyak masyarakat Indonesia masih tertipu oleh data dari Global Fire Power (GFP) Index. Data dari situs tersebut sebenarnya tidak layak untuk dijadikan acuan karena sifat dan metode perbandingannya hanya terbatas pada aspek kuantitas saja. Padahal, jika kita elaborasi data tersebut dapat dilihat bahwa alutsista tua milik Indonesia setara dengan tank modern milik Singapura. Seperti tank tua AMX-13 milik TNI dengan Leopard 2 milik Singapura, atau pesawat BAE Hawk 209 milik TNI dengan F-15 milik Singapura. Apalagi tidak ada perhitungan khusus dari setiap jenis alutsista di setiap matra, semisal di matra laut, maka tidak ada perbedaan nilai antara kapal Fregat dan kapal patroli dalam perhitungan kekuatan laut sebuah negara di data GFP. Data GFP cukup dijadikan gambaran saja soal kemampuan militer dan aspek pertahanan kita, bukan untuk dijadikan acuan dan tujuan dalam proses perkembangan kekuatan pertahanan kita. Bagaimana mungkin kita bisa diklasifikasikan lebih kuat dari Israel, Australia dalam data tersebut?

Dan berkaca dari kehancuran Gaza, aspek penting yang harus segera dibenahi dan ditingkatkan TNI adalah soal alutsista pertahanan udara. Dalam hal ini alutsista tersebut bisa berupa surface air missile (SAM), pesawat tempur dan radar. Untuk radar sendiri sebenarnya sudah cukup mumpuni, namun belum bisa dikatakan sempurna. Tambahan radar seperti Leonardo RAT 3DL/M dan Ground Master 400 Alpha tentu akan semakin meningkatkan kemampuan satuan radar TNI AU. Dan untuk pesawat tempur sendiri, meski saat ini masih sangat kekurangan, namun pemesanan berbagai jenis pesawat tempur seperti Dassault Mirage 2000, Rafale, dan F-15 EX akan menambah kemampuan TNI AU secara drastis. Yang perlu dikritisi adalah jumlah rudal pertahanan udara atau SAM. Jumlah ini sangat-sangat terbatas jika dibandingkan dengan luas wilayah Indonesia. Rudal jenis ini masih didominasi oleh rudal panggul atau MANPADS yang memiliki jarak jangkauan sangat rendah seperti Chiron, QW-3 dan sebagainya. Jenis terbaik yang dimiliki Indonesia hanya sistem pertahanan udara  NASAMS-2, itupun masih dalam kategori jarak menengah dan hanya terdapat dua baterai saja. Indonesia juga masih mengandalkan berbagai model artileri pertahanan udara jarak pendek seperti M55 dan Skyshield. 

Untuk itu, sudah seharusnya Indonesia kembali menggenjot pengadaan alutsista untuk keperluan pertahanan. Dan ini berarti meningkatkan jumlah dan persentase anggaran pertahanan, bahkan hingga 2% jika memang memungkinkan. Bagi mereka yang menolak kenaikan anggaran pertahanan ini, semoga sadar bahwa konflik Israel-Hamas dan Rusia-Ukraina menunjukkan seberapa pentingnya alutsista bagi sebuah negara dalam berperang. Jangan sampai baru ketika terkena invasi, kita baru memikirkan soal itu. Padahal, industri pertahanan kita juga belum mampu menopang keperluan alutsista kita, dan jika melakukan impor akan ada waiting list hingga bertahun-tahun. Jangan sampai porak poranda seperti Gaza, baru kita memikirkan soal pembelian alutsista. Sedia alutsista sebelum konflik terbuka!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun