Mohon tunggu...
Raisya Adinda Gatra Putri
Raisya Adinda Gatra Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

NIM : 22107030037

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Melekatnya Budaya "Nanti": Banyak Kebaikan dan Pahala Tersia-siakan!

26 Mei 2023   05:38 Diperbarui: 26 Mei 2023   05:51 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi Menunda Pekerjaan: Dokumen Pribadi

Menunda-nunda suatu pekerjaan mungkin seringkali kita lakukan. Tak hanya rugi waktu, kita juga kehilangan berbagai kesempatan yang baik ketika kita menunda suatu pekerjaan. Tak jarang karena kebiasaan ini, kita terjebak dalam suatu masalah. Kita melakukan pekerjaan di ujung waktu dan semua serba terburu-buru. Hingga akhirnya, hasil yang di dapatkan terkadang tidak maksimal atau apa adanya.

“Nanti dulu, ah!” Inilah kata-kata yang seringkali terucap ketika kita menunda pekerjaan. Kebiasaan buruk ini masih sangat sulit untuk kita tinggalkan. Padahal kita sudah tahu jika menunda-nunda adalah suatu perbuatan yang hanya menyusahkan diri kita sendiri di kemudian hari. Namun, masih banyak dari kita terlena oleh hal lain sehingga tidak memprioritaskan suatu pekerjaan yang lebih penting terlebih dahulu.

Dalam dunia psikologi, kebiasaan menunda-nunda pekerjaan ini disebut sebagai procrastination atau prokrastinasi. Prokrastinasi adalah istilah yang merujuk pada kegiatan menunda-nunda pekerjaan hingga mendekati atau melewati batas waktu yang telah ditentukan. Kebiasaan ini bukanlah suatu gangguan mental, namun lebih cenderung pada sesuatu yang muncul ketika orang merasa aman dengan tenggat waktu yang ada.

Istilah prokrastinasi ini tak hanya terjadi ketika kita melakukan pekerjaan, namun bagi sebagian Muslim ini terjadi ketika kita hendak melakukan suatu kebaikan. Seringkali kita merencanakan suatu amalan yang baik dalam pikiran kita, namun karena merasa bahwa amalan itu bisa dikerjakan kapan saja, akhirnya semua amalan yang terencana hanya berputar dikepala dan tidak terlaksana.

Di dalam Islam sendiri kita diajarkan untuk segera dalam beramal baik. Karena setiap amalan kebaikan yang kita lakukan, selama mengharap ridho Allah, maka akan mendatangkan pahala. Seperti yang diperintahkan Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 148:

“Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.”

Maka, amat rugilah kita jika ketika hendak beramal namun malah berkata, “Nanti juga bisa.” Padahal kita sendiri juga tidak tahu kapan nyawa kita dicabut oleh Allah SWT. Apakah kita merasa cukup dengan amal kebaikan yang kita miliki?

Hal ini juga sering terjadi kepada orang-orang yang seringkali meremehkan persoalan taubat. Manusia seolah merasa waktunya masih banyak untuk dihabiskan di dunia, sesungguhnya hanya Allah-lah yang tau kapan tenggat waktu kita berhenti beramal di dunia. Oleh sebab itulah, bertaubat tidak perlu menunggu waktu ketika kita sudah semakin berumur, atau ketika kita baru tertampar oleh peringatan Allah SWT. Karena waktu kematian kita hanya Dia yang tahu.

Lalu, bagaimana cara mengatasi kebiasaan menunda-nunda pekerjaan atau menunda kebaikan ini? Beberapa cara di antaranya adalah biasakan diri menentukan skala prioritas. Dengan menentukan tugas mana yang harus diutamakan, kita bisa memilih tugas mana yang harus dikerjakan lebih dahulu tergantung dari lamanya pengerjaan atau tingkat kesulitannya. Dengan begitu, pengerjaan tugas menjadi lebih efektif.

Yang kedua, kita harus melatih diri untuk displin dalam mengatur waktu. Sebisa mungkin kita manfaatkan seluruh waktu yang ada untuk hal yang bermanfaat, seperti menyelesaikan suatu kewajiban. Ketika kita memiliki hal yang harus kita pertanggungjawabkan, maka kita harus mengesampingkan hal-hal yang sekiranya tidak bermanfaat, seperti bermain game, menonton film, atau hal-hal yang bersifat hiburan lainnya. Jika hanya untuk selingan, maka tidak mengapa. Yang menjadi masalah adalah ketika hiburan yang dijadikan prioritas hingga lupa waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun