Mohon tunggu...
Raisha Panggabean
Raisha Panggabean Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Jangan tanya di genre apa tulisan saya bisa ditempatkan. Saya hanya mengarsipkan sebagian kecil dari isi kepala saya yang berantakan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Benar Kurang "Menjual"

28 Juni 2013   21:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:16 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Selamat datang kembali, Roni!!" Raja neraka menyambutnya dengan senyum licik dan jahat. Seketika itu juga, jiwa Roni terkungkung seperti jiwa-jiwa lainnya. Api abadi mulai membakarnya. Roni menjerit kepanasan. Disaat seperti itu, ia masih menuntut "Mengapa bisa begini? Bukankah ketika pertama kali kesini, tempat ini penuh dengan sukacita dan pesta pora? Kenapa sekarang begini??" Roni menjerit.

Dengan santainya, Raja Neraka menjawab "Oooooohh, itu kan dulu pas kami lagi promosi.."

Begitulah kisah hidup si Roni yang kemakan iklan neraka.

*tunggu, saya tarik napas dulu. Kalau dibaca-baca lagi, cukup serem ya* -_-

Satu hal yang saya pelajari dari kisah ini, bahwa neraka punya strategi pemasaran yang lebih baik daripada surga. Iyalah, kalau saya jadi Roni, saya pasti akan menganggap bahwa surga adalah tempat yang monoton dimana orang berlalu lalang dengan muka tenang dan berpakaian serba putih. Jika mengikuti gejolak kawula muda saya, promosi gambaran neraka yang ditunjukkan pada Roni memang terlihat lebih atraktif.

Tidak jauh berbeda dengan kehidupan nyata, bahwa seringkali yang buruk mempunyai daya tarik yang lebih dasyat daripada yang baik itu sendiri.


Dulu saya pernah mengalami fase bangganya bisa menyontek ketika ujian. Saya dan teman-teman menciptakan sebuah sistem pernyontekan yang lumayan sadis dan bisa mengelabui gurukami. Merancang  ode misalnya," Untuk jawaban A, usap rambut. Untuk jawaban B, elus jidat. Untuk jawaban C, korek-korek kuping. Untuk jawaban D, gosok-gosok dagu." Jujur saja, kami bermain rapih kala itu dan belum pernah ada yang tertangkap basah oleh guru. Dan parahnya, kami sukacita sekali ketika merancang ini semua. Sekarang ketika mengingat-ingat "dulu gue belajar apa pas masa ini?" Saya pun tidak bisa meraih ingatan itu. Ataupun ketika dimintai tolong sepupu saya selevel saya dulu, untuk menyelesaikan soal yang juga dulu saya pernah pelajari, saya tidak mampu menolongnya. Jaman sekolah dulu, saya mainannya instan sekali. Jadi sekarang saya bodoh.

Kami para kaum hawa seringkali naksir pada bad boys. Jenis cowok yang paling urakan, berada dibarisan paling depan dalam membangkang guru, bolos sekolah, kabur dari sekolah dengan memanjat pagar, knalpot motornya bising, paling sering dipanggil ke ruangan guru, tentu saja dengan tampang yang bisa saya kategorikan dengan : menggetarkan hati, menggoda iman. Pada akhirnya ketika dipacari, wanita-wanita ini kemudian menyadari bahwa bad boys cuma enak diliat, selebihnya "enggak bangeeet"

Kita pun sering mendengar bahwa "berita buruk lebih menjual daripada berita baik." Kemungkinan besar, inilah alasan kenapa stasiun-stasiun tv swasta nasional yang jumlahnya naujubile banyaknya itu selalu mengedepankan kritik sana sini. Sayangnya, kritik tidak diseimbangi dengan saran untuk memperbaikinya.

Mereka mengekspos kesalahan demi kesalahan yang dilakukan SBY dan cacat cela pemerintahan lainnya dengan sedikit sekali mengumbar prestasi. Masyarakat jadi tidak mendapat informasi yang seimbang dan berbobot. Wong, SBY punya account twitter saja dijadikan tema utama perbicangan di sebuah stasiun tv dengan menghadirkan narasumber profesional. Atau perkara Farhat Abbas yang suka berbicara njeplak tidak karuan, malah itu yang sering ditampilkan. Coba bayangkan siapa yang tidak gondok kalau setiap buka sosial media (terutama twitter), para media yang punya account twitter ini selalu menyajikan link-link dengan judul berita tidak penting seperti "Farhat Abbas Ancam Bubarkan Cowboy Junior" atau "Datang Naik Mercy Mewah, Sefti Pulang Pakai Avanza" atau yang lebih parah : "Pacar baru Justin Bieber Sudah Bersuami?" Saya sebel sama hal-hal tidak penting seperti namun justru dijual sama media. Bagaimana mau mendidik masyarakat?

Atas dasar "biar kena label gaul" pun banyak sekali anak muda terjebak dalam konsumsi rokok, minuman keras, dan narkoba yang cuma "keren dilihat" dan ternyata membawa kerusakan ketika dijalani. Dalam level pergaulanpun, seringkali kita memisahkan diri dari teman-teman yang baik karena mereka terlihat biasa saja. Sementara kita ingin yang luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun