Biasanya, guru yang normal adalah guru yang sekadar memberikan materi yang textbook dan tidak mau berimprovisasi, tetapi apakah hal tersebut 100% baik? Menurut  saya tidak. Kaum milenial dipandang sebagai kaum yang kurang sopan, pemalas dan ragam hal buruk lainnya dan hal-hal tersebut menjadi PR bagi guru pengajar. Lalu apa yang harus dilakukan oleh guru-guru di Indonesia ? mereka sudah lelah mengajar namun masih kurang dihormati. Saya sebagai salah satu dari kaum milenial menganjurkan bagi para guru agar memulai hal gila dalam mengajar.Â
Gila bukan berarti mengajar sambil tertawa-tawa, 'cengengesan', kalau sudah seperti itu berarti memang gurunya orang gila. Gila maksud saya adalah memberi rangsangan bagi para muridnya untuk berpikir tentang sesuatu di luar materi buku. Bagi para guru, memberi para murid kesempatan untuk berpendapat adalah hal yang sulit  melihat kondisi murid pada saat ini yang kebanyakan kurang responsif terhadap apa yang guru sampaikan, serba salah. Namun, tidak jarang juga saya menemukan guru yang 'gila', entah cara mengajarnya cara penilaiannya ataupun materi yang disampaikannya.Â
Sebagai seorang motivator, guru diharapkan memberikan sesuatu yang kontroversial, misalkan guru tersebut adalah seorang pro orba (misalnya). Hal tersebut memberi rangsangan bagi para murid untuk menolak dan berkemungkinan besar menjadi bahan omongan para murid di luar jam pembelajaran, bahkan mungkin diberi julukan yang kurang mengenakan hati. Sebagai murid, saya senang dengan guru yang mendebat pendapat siswa secara halus saat memberikan pendapat dan seakan-akan memutar-mutarkan permasalahan sehingga para murid berpikir secara kritis dan kreatif. Setiap murid memiliki tipe guru idealnya, tetapi guru yang senang memberikan sesuatu yang kontroversial dapat dikenang.Â
Namun, sebagai manusia dengan pemikiran yang beragam, guru pasti berpihak pro atau kontra pada suatu masalah dan kerap kali ditemukan guru yang memberikan nilai yang kurang pantas kepada siswanya yang berbeda pandangan dengannya, hal itu wajib dihindari dikarenakan guru harus menjadi 'pemerintah' di sekolah yang menggambarkan keadilan itu sendiri. Sebagai guru yang dibutuhkan Indonesia harusnya memberikan sesuatu yang berkesan dan akan diingat oleh para muridnya entah itu kisah menarik ataupun nasihat yang penting.