Mohon tunggu...
Raihan AlYasin
Raihan AlYasin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hiduplah seperti Larry

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mutu Dalam Perspektif Fegeinbaum Dan Implementasinya Dalam Lembaga Pendidikan

2 April 2024   04:06 Diperbarui: 2 April 2024   04:24 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

*KONSEP PEMIKIRAN FEIGENBAUM*

Armand Vallin Feigenbaum adalah tokoh pencetus Total Quality. Istilah Total Quality pertama kali ditemukan pada tahun 1969 di Jepang, kemudian istilah tersebut berkembang menjadi Total Quality Management( TQM). Pada tahun 1980- 1990, TQM menjadi sangat populer, karena Jepang menerapkan pemikiran tersebut dan menuai hasil yang sangat sukses tentang kualitas mutu pada perusahaanya. Penerapan TQM di dunia bisnis telah menghasilkan sesuatu yang sangat signifikan, sehingga hal tersebut menjadi daya tarik untuk dapat pula diimplementasikan pada objek lain seperti bidang pendidikan, keorganisasian, serta pada dunia sosial dan politik.

Pada tahap ini dikenal seorang tokoh Feigenbaum( 1983), yang merupakan pencetus Total Quality Control( 1960). Feigenbaum memiliki nama lengkap Armand Vallin Feigenbaum adalah seorang ahli quality controldan seorang bisnismen. Ia menyandang gelar sarjana strata satu di kampus Union dan memperoleh gelarPh.D dibidang ekonomi di MIT Sloan School of Management. Kontribusinya dalam perkembangan konsep Quality Controlyaitu, dengan mengembangkan konsep pemikirannya dalam ide- ide yang sangat menjanjikan dalam mengkoreksi kesalahan secara efektif. Feigenbaum menciptakan konsep Total Quality Control, yang merupakan usaha yang dalam tata pelaksanaannya diarahkan agar suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan memiliki mutu yang baik dan sesuai harapan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Feigenbaum( 1991), bahwa disebut kualitas apabila produk yang di hasilkan merupakan hasil dari kombinasi produk dan jasa dengan proses produksi meliputi pemasaran, perawatan yang dapat memberi konsumen rasa puas. Dalam bukunya yang berjudul " Total Quality Cotrol ", Feigenbaum( 1991) mengatakan bahwa kualitas adalah " the total compossite product and service specific of marketing, engineering, manufacture, and conservation through which the product and servise in use will meet the prospects of the guests ". Kualitas adalah gabungan karakteristik produk dan jasa yang meliputi kegiatan pemasaran, rekayasa teknik, produksi, dan perawatan yang membuat produk dan jasa tersebut dapat memenuhi keinginan pelanggan Feigenbaum( 1992) mengungkapkan pengendalian mutu terpadu adalah suatu sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan mutu, pemeliharaan mutu dan upaya perbaikan mutu berbagai kelompok dalam sebuah organisasi agar pemasaran, kerkayasaan, produksi dan jasa dapat berada pada tingkatan yang fading ekonomis agar pelanggan mendapatkan kepuasan penuh.

Feigenbaum mengkombinasikan pemikirannya dengan teori akademik dengan hasil praktik untuk mempertajam ide- idenya, sehingga menghasilkan pendekatan yang dapat diimplementasikan sebagai prinsip umum. Feigenbaum mempraktikkan metodenya di dalam global frame of general electrict's( GE's) dan perserikatan strategi dengan beberapa organisasi seperti Toshiba, Hitachi dan Fiat. Sementara Feigenbaum bekerja di sektor pembuatan alat pendorong pesawat terbang, dia mengaplikasikan pemikirannya di Institute tecnhnology Massachusetts untuk memastikan fokus penelitiannya tentang bagaimana sebuah produk itu dapat ditingkatkan lagi mutu kualitasnya dan dapat diterima oleh quality control. Feigenbaum juga memperkenalkan dua konsep dari pemikiran quality control, yaitu membangun sistem dan yang ke dua adalah akuntabilitas ekonomi. Dari dua konsep tersebut, dia menkontribusikan pemikirannya dengan hasil sebagai berikut :

a) Memasukkan pemikiran finansial ke dalam kualifikasi dengan mengkonseptualisasikan biaya kualitas yang buruk. Dia mengintegrasikan pemikiran multinasional ke dalamnya kualitas dengan mendorong pengembangan organisasi berkualitas di Eropa dan Asia hingga membantu merangsang pemulihan ekonomi mereka.

b) Mengarahkan struktur Malcolm Baldrige National Quality Award sebagai anggotadari dewan pengawasnya yang pertama, kelompok itu yang membantu menciptakan definisi operasional kualitas total dalam hal yang bisa luas diterapkan di seluruh masyarakat.

Dasar histories Manajemen ialah Stantistical Process Control( SPC) yang merupakan model manajemen manufaktur yang awal mulanya diperkenalkan oleh Edward Deming dan Joseph Juran sesudah perang dunia II, hal ini ditekankan untuk membantu bangsa Jepang dalam membangun kembali infrastruktur negaranya. Konsep Edward Deming dan Joseph Juran ini berkembang terus hingga kemudian dikenal dengan sebutan Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) oleh US Navy (Soewarso Hardjosoedarmo, 1996) Sesuai dengan perkembangan mutu( 1985), memiliki lima tahapan; Pertama, Inspeksi, yaitu menjaga mutu dengan mengandalkan kecermatan kepengawasan. Kedua, Quality Control( QC), yaitu menjaga mutu dengan cara pendeteksian. Ketiga, Quality Assurance( QA), yaitu menjaga mutu dengan pencegahan. Ke empat, Total Quality Management (TQM), yaitu menjaga mutu dengan berkesinambungan yang bersifat kontinu. Kelima, Wide Quality Management( WQM), yaitu menyelesaikan permasalahan mutu (Rifqi, 2018).

*MUTU DALAM PERSPEKTIF FEGEINBAUM DAN IMPLEMENTASINYA DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN*

Menurut Armand V Feigenbaum, konsep mutu pada dasarnya berfokus pada memberikan kepuasan penuh kepada pelanggan (full customer satisfaction). Feigenbaum, dalam bukunya "Total Quality Control" tahun 1986, menjelaskan bahwa dalam Total Quality Management (TQM), kepuasan pelanggan mencakup dua faktor penting, yaitu kepuasan pelanggan internal dan eksternal. Dalam konteks ini, sebuah institusi harus menetapkan visi dan tujuan yang melibatkan pelanggan untuk memastikan kebutuhan dan harapan mereka selalu teridentifikasi. Menurut Gasperz (2001), pelanggan adalah individu atau kelompok yang bergantung pada layanan yang disediakan dan sebaliknya. Dengan kata lain, pelanggan adalah mereka yang membutuhkan layanan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka, sementara penyedia layanan bergantung pada mereka untuk menjalankan fungsi lembaga dengan baik. Oleh karena itu, peran pelanggan sangat penting dalam konteks bisnis atau institusi karena hubungan yang saling menguntungkan.

Untuk memastikan kepuasan pelanggan, penyedia layanan juga harus mempertimbangkan kualitas layanan yang mereka berikan. Menurut Fournier dan Mick (dalam Samirin, 2015), kepuasan pelanggan merupakan proses dinamis yang dapat berubah sesuai dengan kondisi sosial. Hal ini berarti bahwa kepuasan pelanggan adalah hasil dari respons terhadap pemenuhan kebutuhan dan kepuasan atas barang atau jasa yang diberikan. Dalam konteks pendidikan, ada dua jenis pelanggan, yaitu pelanggan internal dan eksternal. Pelanggan internal sekolah adalah murid atau peserta didiknya, sementara pelanggan eksternal meliputi orang tua, pemerintah, dan pihak-pihak yang terlibat dalam pelayanan pendidikan di sekolah. Sebuah sekolah dianggap berkualitas jika mampu memberikan pelayanan yang baik kepada kedua jenis pelanggan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun