Mohon tunggu...
RAIHANA AYU MAHARANI MAHARANI
RAIHANA AYU MAHARANI MAHARANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi arkeologi

sedang berlatih menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terkait Childfree

17 Desember 2021   22:47 Diperbarui: 17 Desember 2021   22:53 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

-- childfree.

Beberapa saat yang lalu, terdapat suatu hal yang ramai diperbincang di masyarakat, yaitu childfree.  Childfree ini sendiri agaknya banyak "mempengaruhi" pendapat dan pandangan masyarakat, pun banyak menuai pendapat pro dan kotra di dalamnya.  Nah, tapiii, terkait childfree ini sendiri, kamu udah tau belum sih sebenarnya tuh apa?

Jadi, childfree ialah sebuah keputusan ataupun pilihan hidup untuk tidak memiliki anak , baik anak kandung, anak tiri, maupun anak angkat. Childfree sendiri mulai muncul pada akhir abad 20. Dalam beberapa sumber (terlampir di akhir), disebutkan bahwasanya alasan seseorang melakukan childfree yaitu sebab ingin hidup berdua saja dengan suami, ataupun tidak siap dan takut jika nantinya menyakiti anak.

Childfree dan childless.
Dalam beberapa sumber yang saya baca, selain istilah childfree, ternyata juga ada istilah lain, yaitu childless. Namun keduanya memiliki definisi dan arti yang berbeda jauh, jika pada childfree kenyataannya seesorangmasih memiliki pilihan untuk memiliki anak, namun memilih untuk tidak punya anak, namun jika childless tidak dapat memiliki anak sebab terdapat faktor-faktor lain, seperti kondisi bilogis serta fisik.
 
Lalu, sebenarnya bagaimana Islam dalam memandang childfree?

Pada suatu kajian Kitab Al-Hikam yang disampaikan oleh Buya Yahya pada 15 Muharram 1443 H atau 23 Agustus 2021, beliau menyampaikan bahwasanya childfree merupakan suatu hal tidak benar, tepatnya tidak sesuai fitrah.
Manusia sebagai makhluk bernyawa memiliki fitrah untuk menghendaki atau menginginkan adanya keturunan (fitrah salimah). Pun dengan binatang, ia juga memiliki fitrah serta kesinambungan keturunan, biarpun seekor binatang.  
Adanya penekanan pada binatang, sebab selama ini, apabila suatu yang kurang baik, dalam konteks seperti nafsu, dicenderungkan seperti binatang, padahal binatan jauh lebih baik, walaupun binatang "berhubungan" tanpa adanya pernikahan.

Kembali pada terkait childfree, Buya Yahya juga menyampaikan bahwa semua manusia yang masih sehat, dia akan merindukan keturunan. Sehingga, apabila terdapat sekelompok seperti yang disebutkan di awal (childfree), dia merupakan hamba-hamba yang perlu didoakan, diingatkan, dan dikasihani, sebab fitrahnya yang rusak. Berbagai alasan dibuat walaupun dia sendiri tidak dapat menerimanya.

Childfree merupakan suatu hal tidak normal, tidak lumrah, serta tidak pada fitrah dan kodratnya. Sehingga apabila terdapat saudara-saudara kita di luar sana yang seperti itu, yang perlu ialah dengan mendoakan, semoga lekas diberi kesembuhan. Apabila terdapat rasa takut untuk menyakiti anak, ada baiknya untuk dijadikan sebagai motivasi, agar nantinya senantiasa berusaha untuk tidak menyakiti anak, dimana apabila maknanya diperluas, tidakhanya menyakiti di dunia, namun (sebab kita makhluk yg beriman) pun juga tidak akan menyakiti di akhirat.

Terkait childfree yang agaknya banyak mempengaruhi pemikiran dan pandangan masyarakat, menurut saya pribadi, sebaiknya apabila mempunyai suatu pilihan atau kehendak, ada baiknya untuk tidak mengajak orang lain.  Sebab kembai pada poin utama, childfree -> tidak sesuai dengan fitrah, bukan suatu hal yang benar dan "normal" ataupun "seharusnya".
Sebab setiap manusia fitrah memiliki syahwat serta kerinduan punya anak.

Oleh : Raihana Ayu M

Referensi :
https://www.youtube.com/watch?v=x7eaDGUG_w8
https://www.parapuan.co/read/532852084/sama-sama-tak-punya-anak-ini-perbedaan-pasangan-childfree-dan-childless
https://islam.nu.or.id/nikah-keluarga/hukum-asal-childfree-dalam-kajian-fiqih-islam-CuWgp

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun