Mohon tunggu...
Raihan Faisal Rizqi Akbar
Raihan Faisal Rizqi Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Semoga Bermanfaat

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (NIM : 20107030081)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perekonomian Semakin Mencekam, Perjuangan Seorang Pedagang Kaki Lima di Malioboro

24 Juni 2021   07:22 Diperbarui: 24 Juni 2021   07:43 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lapak Bu Jumirah di Malioboro (sumber : Dokpri)

Tentu kalian semua tidak asing dengan tempat yang satu ini, terutama kalian yang tinggal dan berdomisili di kota Yogyakarta, kota yang penuh kenangan dan juga merindukan. Jalan malioboro atau yang biasa dikenal dengan malioboro ini terbentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta.

Daerah malioboro merupakan daerah yang cukup populer sebagai salah satu objek wisata di Yogyakarta, pengunjung yang berkunjung ke Malioboro tidak hanya domestik tetapi juga non domestik.

Malioboro juga  biasanya ramai akan pengunjung, namun setelah merebaknya COVID-19 yang terjadi pada bulan Maret 2020, Malioboro mulai menjadi tempat yang sepi hingga tak ada pengunjung, bahkan banyak pedagang yang libur karena takut terpapar oleh COVID-19.

Semenjak datangnya COVID-19 yang menyebabkan diberlakukanya kebijakan lockdown secara masal, para pedagang yang menggantungkan hidupnya dengan berjualan di pinggir jalan malioboro semakin kesulitan dalam mencari rezeki.

Ibu Jumirah (53) misalnya, seorang ibu dengan dua orang anak yang menghidupi keluarganya seorang diri dengan berjualan baju baju di daerah Malioboro. Bu Jumirah mulai menekuni berjualan di daerah Malioboro setelah suaminya meninggal pada tahun 1990. 

Lapak milik Ibu Jumirah ini berada di pinggir Jalan Malioboro yang tepatnya berada di depan Popeye Fried Chicken di seberang Pasar Beringharjo. Setiap hari bu Jumirah membuka lapaknya mulai dari jam 8 pagi hingga 9 malam. Terkadang Ibu Jumirah ditemani anaknya ketika berjualan, "kadang saya dibantu anak saya kalau dia baru longgar" ucap Bu Jumirah. Dalam lapaknya tersebut, ia menjual berbagai jenis baju baju santai, kaos, daster dan baju anak-anak berpola batik yang terdiri dari berbagai macam ukuran.

Lapak Bu Jumirah (sumber : Dokpri)
Lapak Bu Jumirah (sumber : Dokpri)

Harga yang tersedia untuk baju baju tersebut juga bervariasi, Bu Jumirah membandrol harga baju baju tersebut dengan rentang harga dua puluh hingga lima puluh ribu rupiah.

Kedatangan COVID-19 yang sedang melanda dunia ini menyebabkan pedagang kaki lima seperti Bu Jumirah harus menahan pahitnya berdagang tanpa kedatangan pelanggan sama sekali. "waktu corona kadang saya harus rela mendapat zonk dalam seharian" ujarnya.

kebijakan yang diberikan pemerintah semasa itu adalah pembatasan waktu yang diberikan kepada took-toko, warung lesehan, dan juga lapak penjual kaki lima. Pembatasan waktu tersebut adalah pedagang diharuskan untuk menutup lapaknya pukul 19:00 WIB, dan paling lama tutup adalah pukul 19:15 WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun