Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku Pernah Tidak Sadar Menyukai Belajar

10 Februari 2024   12:30 Diperbarui: 10 Februari 2024   12:33 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saat sekolah dulu, Aku suka paling duluan mengantarkan tugas. Apalagi kalau soalnya pilihan ganda. Bukan karena Aku pintar. Tapi, karena Aku memang  malas Jika harus mencari-cari jawaban kesana-kemari. Jadi, semua Asal-asal kujawab saja. Yang penting tugasku siap.  Demikian juga ketika ujian. Aku paling suka pulang duluan, tak peduli jawabanku benar atau salah. Yang penting aku tidak pusing,  dan Aku tidak mencontek sebagaimana virus yang sudah menjangkiti anak sekolahan.

Aku pun tidak pusing kalau nilaiku jelek. Toh  nilai itu memang hasil dari  kemampuanku kan?

Dan Beruntungnya aku, Jawabanku selalu banyak yang benar walau pun aku asal jawab.

Lalu kusadari, Tidak! Aku sebetulnya  tidak pernah  asal jawab. Soal yang benar jawabannya itu adalah hasil dari kegiatan belajar, mengajar dengan guru. Lalu, hasil dari buku-buku yang suka kubaca. Lalu, hasil dari kegabutanku berselancar di duhia maya. Aku memang cenderung mengikuti akun, yang bermanfaat saja.

Aku bahkan tidak menyadari, sebetulnya Aku suka belajar. Tapi aku hanya suka belajar dengan santai. Tanpa harus membebani pikiranku.

Hanya soal yang sulit dan tidak ada di memoriku  yang kujawab dengan asal. Ya setidaknya aku ternyata punya bekal, sebelum mengahadapi ujian. Jika saat ujian, tak lagi bisa kujawab soalnya. Aku pun akan mulai menulis buat buat puisi. Jika sudah buntu, Aku segera mengumpulkan lembar soalku.

Sekarang Aku  sudah jadi guru. Kutemukan diriku sewaktu sekolah dulu. Aku tidak mau menghukum yang salah. Karena mengerjakan itu juga sudah sebuah nilai bukan? Kognitif siswa berbeda-beda. Ada yang ambis, ada yang santai tapi gak sepele,  ada yang suka ditekan baru bergerak.

Sebagaimana Aku sewaktu sekolah, Aku tidak suka ditekan. Aku lebih suka tidak mengerjakan apa pun, dibandingkan guru.  Menekanku dengan ancaman-ancaman diluar logika. Kini pun jadi guru, Aku tidak mau menekan siswaku. Jika dia mau belajar dan ambisius. Ku beri apresiasi.  Jika dia santai tapi tetap mengerjakan tugas-tugasnya. Berarti siswa tersebut  punya tanggung jawab yang baik kan? Jika dia sepele, dan tak mau mendengarkan gurunya. Mungkin mata pelajaran itu, kurang cocok dengannya. Kita hanya perlu memberi materi yang sesuai dengan kebutuhannya. Jika Dia tetap tidak mau, ya sudah kita tak perlu pusing-pusing membenci anak itu. Yang penting kita usahakan semaksimal mungkin.

Materi-materi padat yang ada di sekolah itu hanya sekedar  formalitas. Aku sendiri muak melihatnya.  Bagaimana dengan siswa yang kurang minatnya dalam belajar?

Saat sekolah dulu. Aku tidak mengingat pelajaran apa apa yang diajarkan oleh Guru. Kecuali pelajaran guru-guru yang kuingat kebaikannya. Apa pun perkataan mereka kuingat, bahkan perkataan kecil dan cerita nyeleneh.  Aku bisa  ingat. Mungkin itu yang namanya keberkahan Ilmu. Atau keikhlasan guru dalam mengajar.  

Lalu, saat Aku jadi guru. Aku pun mulai tahu. Jangankan guru, sangat sulit ditemukan manusia-manusia ikhlas. Aku pun langsung mengingat guru-guruku yang mengajar dengan penuh keikhlasan dan mengutamakan kejujuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun