Pacu Jalur, sebuah lomba perahu tradisional khas Kuantan Singingi, Riau, kembali mencuri perhatian publik beberapa waktu terakhir. Dengan kemeriahan, kekompakan peserta, dan tradisi turun-temurun yang unik, momen ini sempat viral di berbagai platform media sosial. Sayangnya, di tengah sorotan nasional bahkan internasional ini, pemerintah terlihat kurang sigap memanfaatkan momentum untuk mempromosikan kekayaan budaya Indonesia ke panggung dunia.Â
Fenomena viral adalah peluang emas yang tidak datang dua kali. Ketika Pacu Jalur ramai dibicarakan, ribuan mata baik dari dalam maupun luar negeri tertuju pada tradisi ini. Inilah momen strategis bagi pemerintah, khususnya kementerian terkait, untuk Mengangkat narasi sejarah dan nilai-nilai budaya Pacu Jalur.Â
Mengemas konten promosi dalam berbagai bahasa agar mudah diakses wisatawan mancanegara.
Mengintegrasikan kegiatan ini dengan agenda pariwisata nasional seperti "Wonderful Indonesia". Namun, yang terlihat justru minimnya aksi nyata. Tidak ada kampanye digital berskala besar, tidak ada kerja sama intensif dengan influencer atau media internasional, bahkan informasi resmi mengenai jadwal, sejarah, dan cara berpartisipasi pun sulit ditemukan oleh publik umum. Padahal, di era digital, strategi pemasaran budaya sangat bergantung pada visibilitas online dan kemudahan akses informasi.Â
Kelemahan ini membuat potensi besar Pacu Jalur untuk menjadi ikon pariwisata dunia nyaris terbuang. Negara lain seperti Jepang, Korea, atau Thailand sangat piawai memanfaatkan momentum budaya untuk memperkuat branding nasional mereka. Indonesia, dengan kekayaan tradisi yang jauh lebih beragam, semestinya mampu bersaing, asal mau bergerak cepat dan tepat.Â
Pacu Jalur bukan sekadar perlombaan perahu, tetapi simbol kebersamaan, sejarah, dan identitas masyarakat Riau. Viral yang datang secara organik adalah bonus yang sangat berharga. Sayang jika pemerintah hanya menjadi penonton tanpa strategi memanfaatkan momen ini untuk memamerkan keindahan dan keunikan budaya kita ke dunia. Jika ingin budaya Indonesia diakui secara global, kita harus berani mengambil langkah proaktif bukan sekadar bangga saat viral, lalu melupakannya ketika tren mereda.
Penulis:
- Kaila
- Rikarna Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI