Mohon tunggu...
Tata Rahmasari
Tata Rahmasari Mohon Tunggu... Lainnya - just like this

suka travelling, dan mungkin isi tulisan ini adalah suatu keindahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harga Sebuah Pilihan

27 Mei 2020   12:09 Diperbarui: 27 Mei 2020   12:09 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore hari itu sangat indah, netraku  menikmati dan batinku  bercengkrama dengan semilir angin yang lembutnya menyapa kulit damai, swasmita yang ku lihat kali ini terlihat begitu mengagumkan, aku yang sedang  menunggunya datang setelah sekian lama sejak pertemuan kita yang terakhir. Memikirkan bagaimana aku dapat melihatnya lagi, masih saja membuat hati berdebar. Dia yang bertabur pesona benar-benar membuatku rindu, setiap pagi yang kulalui hanya berharap dia datang untuk membayar rindu ini.

" Tania! " Ucap seseorang yang tergopoh-gopoh berlari ke arahku. Aku mengalihkan pandangan ke arahnya, aku sangat mengenali suara itu, suara yang tak mungkin kulupakan  dan akan selalu menjadi favoritku. 

" hai Arsa, apa kabar? " kataku dengan ekspresi yang dibuat se elegan mungkin walau tak dapat kusembunyikan raut bahagia di wajahku. Aku selalu berfikir Arsa mengamalkan arti namanya dengan sangat baik. Arsa yang berarti kegembiraan dan entah kenapa  aku selalu merasa bahagia saat berada di dekatnya, bahkan sekadar melihat senyumnya dari kejauhan sudah bagian dari bahagiaku, jangan tanya lagi jika arsa ada didekatku.

" aku baik nia, akhirnya kita bertemu juga " ucap arsa dengan suara yang masih tersengal-sengal akibat larinya tadi, aku pun tak mengerti mengapa ia harus berlarian seperti itu padahal aku akan dengan sabar menunggunya datang menemuiku. Walau begitu, keadaannya yang berkeringat saat ini  dengan senyum yang selalu melekat di wajahnya membuatku terpana, dan senja kali ini tampak begitu sempurna.

Awal perkenalan ku dengan arsa saat kita masih sama duduk di bangku SMA, Arsa adalah tipe orang yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja, tak heran jika Arsa merupakan salah satu murid famous dan tidak sedikit yang menyukainya, mungkin itu pula yang membuatku nyaman berada di dekat Arsa dan dapat dengan mudah menceritakan apapun keluhku padanya. Namun, ada satu fakta yang selalu aku sembunyikan dari Arsa, sebenarnya sejak awal aku melihatnya aku sudah mengaguminya, konyol memang tapi itulah kenyataanya, dan aku tak dapat mengontrol pada siapa aku akan jatuh cinta. Dan entah kapan aku memulainya, namun perlahan aku merasa perasaan ini semakin dalam, walau begitu  tak sedetikpun aku berniat untuk mengungkapkan perasaan ini, aku tak pernah memiliki cukup  keberanian untuk hal itu. Bahkan, hingga  di hari kelulusan aku tetap diam dan mendalami peran sebagai pengagum rahasia dengan baik. Aku merasa cukup bahagia dengan  Arsa yang menganggapku sebagai teman baiknya, namun aku juga tidak punya cukup nyali untuk membayangkan jika suatu hari Arsa akan menetapkan pilihan kepada seorang perempuan yang bukan aku.

" hehehee, iya juga ya, lama kita ngga ketemu. Aku baik sa, gimana? Apakah sudah merindukanku? " ucapku dengan nada bergurau, walau sebenarnya aku benar-benar berharap mendapat jawaban yang kuinginkan.

" aku sangat merindukanmu Tania, kau harus percaya itu. Bagaimana mungkin aku tak merindukan temanku ini, yang suka bicara kelewat jujur " ucapnya dengan sedikit mengusap puncak kepalaku, lalu dia menatapku dalam dan berkata " Tania, saat ini aku sangat butuh pendapatmu " .

Jika aku boleh jujur, sebenarnya kata teman yang Arsa ucapkan cukup menampar kesadaranku akan posisiku. Arsa memang sering menanyakan pendapatku jika ia menemui persimpangan, karena menurutnya aku adalah teman yang kelewat  jujur jika dimintai pendapat, walaupun itu tak berlaku untuk perasaanku kepadanya. Biasanya, arsa hanya akan meminta pendapatku melalui media social mengingat jarak yang terbentang. Entah apa masalah Arsa yang membuat ia jauh-jauh datang menemuiku untuk meminta pendapat.

" Pendapat tentang apa sa? Kamu engga lagi jadi buronan kan? " ucapku melempar candaan.

" enggalah, kalo iya aku ngga aka ada disini dengan tenang " ucap Arsa dengan santai.

" terus? " cercaku yang mulai penasaran dengan topic yang dibawa Arsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun