Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku: Psikologi tentang Pengalaman Religius Karya Abraham Maslow

4 Desember 2022   11:06 Diperbarui: 4 Desember 2022   11:13 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul depan. Sumber: Dokumen pribadi. 

*Judul Buku : Psikologi Tentang Pengalaman Religius
*Penerbit : IRCiSoD
*Penulis : Abraham Maslow
*Penerjemah : Afthonul Afif
*ISBN : 978-623-6699-56-0
*Jumlah Halaman: 152
*Harga : Rp. 60.000

Bagi Anda yang pernah berkenalan dengan mazhab psikologi humanisme pasti sudah kenal dengan salah satu pendirinya yaitu Abraham Maslow. 

Kali ini kita akan membahas salah satu karyanya yang berjudul Psikologi Tentang Pengalaman Religius. Dalam buku ini kita diajak untuk memahami bagaimana psikologi humanisme memandang pengalaman-pengalaman religius terjadi disamping tergerusnya peran agama dan spiritual oleh dunia modern.


Sebelum kita lanjut membahas buku ini, alangkah baiknya kita mengenal lebih dekat karya-karya sang psikolog humanis bernama Abraham Maslow ini. 

Abraham Maslow yang terkenal akan teori Hirearki Kebutuhan (Hierarcy of Needs) ini punya banyak karya dalam bidang psikologi seperti Toward a Psychology of Being (1968), Motivation and Personality (1954 dan 1970), dan The Further Reaches of Human Nature (1971).


Sains dan Agama yang Terkotak-kotak


Dalam buku ini, Maslow merasa bahwa sains dan agama makin jauh satu sama lain seiring berkembangnya zaman. Sains menolak agama karena tidak bisa membuktikan fakta menurut metode-metode ilmiah keilmuan dan agama menolak sains karena merusak nilai-nilai yang telah diajarkan. Keduanya akhirnya berada disisi masing-masing saling bertentangan.


Sains yang berada dikotak sendiri merasa agama sudah tidak relevan sehingga membuang nilai-nilainya jauh-jauh. Hal tersebut membuat sains menjadi sangat mekanistik, positivistik dan mereduksi nilai-nilai termasuk kemanusiaan.

 Sains yang tanpa acuan nilai membuatnya menjadi hampa dan dapat memusnahkan manusia.


Sedangkan agama yang jauh dari sains juga memperburuknya dengan membuatnya menolak fakta-fakta ilmiah dan membuatnya menjadi tidak bisa berkembang dengan zaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun