Mohon tunggu...
Rahma Roshadi
Rahma Roshadi Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer Bahagia

Penikmat tulisan dan wangi buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Batas Aurat Suara Perempuan

10 Maret 2021   05:15 Diperbarui: 11 Maret 2021   02:01 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Suara Perempuan. (sumber: freepik.com)

Sebut saja, tak sedikit aksi partai politik yang mengatasnamakan Islam untuk mendapatkan suara. Gelombang demonstrasi berkedok syariat Islam pun, bukan tidak mungkin, digawangi oleh para pemangku kepentingan.

Fenomena ini menarik sekaligus menyedihkan. Karena ada setitik kecerdasan seseorang yang bisa memanfaatkan peluang dari penganut agama mayoritas untuk mewujudkan kepentingannya. 

Di sisi lain, skill yang digunakan sangatlah menyedihkan, yaitu memanfaatkan sebuah syariat suci bertajuk "penghormatan", untuk mendapatkan kesempatan dihormati secara berlebihan. 

Agama damai ini bukanlah sebuah agama abal-abal dengan tafsir gugeliyah. Satu hadis dengan hadis lain, satu ayat Al-Qur'an dengan ayat yang lain adalah sebuah kesinambungan yang saling mengisi dan melengkapi dengan sempurna. Itulah sebabnya, agama ini bukanlah akidah yang boleh ditelan mentah-mentah. Bahkan, perlu waktu seumur hidup untuk mempelajari agama ini dan menjadi orang yang suci.

Perempuan yang termakan oleh isu "penghormatan" kepada suami, saya katakan, adalah sebuah cinta buta yang justru mengesampingkan kecintaan dan penghormatan sepenuhnya yang seharusnya hanya untuk Sang Pencipta. 

Sangat betul bahkan diwajibkan perempuan tunduk kepada laki-laki yang menjadi suaminya, namun hanya dalam hal yang makruf yang tidak menimbulkan kerugian sekecil apapun bagi orang lain. 

Maka ketika sang suami menjanjikan sebuah surga kepada istri dengan cara melakukan bom bunuh diri, segarkanlah akal kita dengan skala prioritas yang logis. Apakah dibenarkan menempati surga yang suci dengan cara yang kotor? Terlebih lagi, surga terlalu luas untuk hanya ditempati berdua.

Isu "penghormatan" yang keliru berikutnya adalah ketika perempuan hanya disimpan saja di dalam rumah, dengan dalih menghormati kesuciannya. 

Tidak ada yang keliru dengan perempuan yang tidak bekerja. Hal yang tidak tepat adalah ketika perempuan hanya diam dan bahkan dibiarkan diam tanpa ruang pendapat atas apa yang dia butuhkan dan inginkan. 

Perempuan yang tidak bekerja, bukan berarti tidak boleh memiliki pemikiran yang kritis terhadap lingkungannya. Menghormati perempuan dengan cara menutupi dan menyembunyikan dalam diam, sama saja dengan membunuh otak manusia secara perlahan.

Perempuan boleh saja memilih untuk hanya tinggal di rumah, sepanjang itu semua berlandaskan murni dari pendapatnya dan keinginannya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun