Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tik-Tok dalam Pusaran Kelatahan Filter Budaya Negatif bagi Anak

25 Februari 2020   21:09 Diperbarui: 5 Maret 2022   17:40 2100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay/Antonbe

Keresahan dari Postman terutama didukung oleh data bahwa rata-rata anak mengalami pendewasaan dini dengan menurunnya usia puber mereka.

Kalau dulu hal yang ditakuti oleh Postman berasal dari televisi, dunia saat ini justru ancamannya lebih ekstrem, dan itu tidak lain berasal dari internet serta tentunya sosial media.

Kembali pada pokok persoalan yaitu Tik-Tok, mungkin penelitian dari Arofi & Hasfi (2019) bisa sedikit memberi pemahaman tentang konten negatif yang terdapat dalam aplikasi Tik-Tok dan berbahaya khususnya bagi anak, diantaranya konten vulgar, erotis, dan lypsinc lagu dewasa. Ironinya ketiga konten itulah yang hari ini justru digemari banyak orang, termasuk oleh anak-anak.

Jika kita kembali pada teori perkembangan moral Kohlberrg anak-anak khususnya usia sekolah dasar 5-12 tahun masih berada tahapan pramoralitas.

Artinya mereka masih sukar membedakan mana baik dan buruk, atas dasar ini jugalah mereka masih menjadikan orang tua, guru, masyarakat atau orang yang lebih tua darinya sebagai contoh untuk diteladani.

Pemikiran Kohlberg tentang perkembangan moral hampir sejalan dengan apa yang disampaikan oleh George Herbert Mead mengenai konsep diri.

Ia menggolongkah anak-anak usia sekolah dasar ke dalam konsep diri pada tahap bermain, ini berarti mereka masih meniru apa yang dilakukan oleh orang yang lebih tua, baik itu bermuatan negatif ataupun positif.

Apa yang bisa kita kaitkan dari teori perkembangan anak ini terhadap fenomena Tik-Tok di masyrakat? Hal ini menjadi penting manakala kita sebagai orang tua agar bisa memposisikan diri ketika hendak menggunakan Tik-Tok di hadapan anak. Dalam kajian psikologi di atas semestinya orang tua perlu berhati-hati dalam mendekatkan Tik-Tok kepada anak.

Seperti yang telah diuraikan di atas Tik-Tok pada dasarnya memiliki pengaruh baik dan buruk bagi anak. Namun jika melihat kasus seperti yang diangkat oleh Postman dan Cahyono maka akan lebih baik jika anak sedikit dikurangi interaksinya dengan Tik-Tok.

Orang tua bukan berarti melarang Tik-Tok secara fatalis bagi anak, tetapi membatasi serta membimbing mereka dalam penggunaannya, bukan dengan mudah dan enteng membiarkan mereka menggunakan Tik-Tok secara mandiri. 

Karena orang tua seharusnya paham bahwa bisa saja yang dilihat oleh anak tidak mereka pahami, dan akan berakhir buruk jika yang dilihatnya ternyata lebih banyak bermuatan negatif, dan fatalnya dampak negatif itu kebanyakan akibatnya terjadi jauh setelah anak melihat konten kurang baik dalam Tik-Tok itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun