Terkadang ketika mendengar kata "sejarah" pasti pembawaan kita mengarah kepada sesuatu yang kuno dan udik. Kata sejarah yang tergambar dalam pikiran kita seringkali berkutat pada hal--hal semacam fosil, prasasti, artefak, candi dan hal -- hal lain yang berbau zaman dulu.
Sering kita juga mendengar bahwa sejarah merupakan ilmu yang membosankan. Sejarah dianggap ilmu yang kusam, lusuh, dan menjenuhkan. Asumsi itu didasarkan atas prasangka memahami makna sejarah yang salah. Selama ini sejarah seolah begitu kurang diminati, kurang dihargai, dan kurang diapresiasi.
Padahal sejarah mengandung sejuta rahasia dan sejuta makna didalamnya. Sejarah banyak menguak kebenaran, sejarah merupakan pondasi menjalani kehidupan, sejarah merupakan ramalan masa depan. Sejarah adalah ilmu yang misterius, ilmu yang menantang adrenalin. Kita akan diajak olehnya untuk kembali melintasi ruang dan waktu. Ilmu sejarah tepat dikatakan sebagai mesin waktu.
Bukan hal usang dan lapuk sebenarnya yang akan kita dapat dari sejarah. Sejarah akan membimbing kita. Membimbing untuk menjadi apa kita di dalam peradaban ini. Sejarah pula yang akan menuntun kita menjalani setiap lika--liku kehidupan.
Sejarah adalah ibu, sejarah adalah ayah, sejarah adalah perpaduan keduanya. Mempelajari sejarah berarti mempelajari arti kehidupan. Arti kehidupan dari waktu ke waktu. Dari sejarah kita belajar bagaimana manusia mempertahankan eksistensinya, dari sejarah kita belajar bagaimana manusia membangun peradabannya, dari sejarah kita belajar dan memaknai kehidupan.
Sejarah itu masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sejarah yang memberikan kita gambaran akan masa depan yang cerah, masa depan yang bergairah, masa depan yang indah. Sejarah memberikan harapan. Dengan mempelajari sejarah, kita selangkah lebih maju dalam mengenal kehidupan ini. Dengan mempelajari sejarah kita setingkat lebih tahu gambaran masa depan.
Mempelajari sejarah bukan untuk masa lalu. Masa lalu sudah berlalu, biarlah berlalu. Mempelajari sejarah itu untuk masa kini dan masa depan. Mempelajari sejarah itu bukan untuk kepentinganku dan golonganku, mempelajari sejarah itu  untuk kita.
Mempelajari sejarah berarti menolak lupa, menolak lupa atas segala kebahagiaan, segala kesenangan, segala candaan, segala kepedihan, dan segala kesedihan. Mempelajari sejarah adalah bentuk perlawanan. Perlawanan atas segala kedzaliman, segala kenistaan, dan segala penindasan. Mempelajari sejarah adalah bentuk penyadaran. Penyadaran atas segala kekeliruan dan atas segala kealpaan.
Soekarno pernah berkata "Bangsa yang besar adalah bangsa menghargai jasa para pahlawannya". Dalam perkataan yang lain ditegaskan pula dengan semboyannya "Jas Merah". Disini jelas, mempelajari sejarah merupakan hal yang teramat penting.
Kita patut berbahagia tinggal di negeri dengan sejuta sejarah, negeri dengan sejuta kebanggan. Begitu banyak ilmu yang dapat kita cari, kita gali, dan kita pelajari dari sejarah negeri ini. Begitu banyak warisan ilmu yang ditinggalkan para pendahulu kita. Sejatinya sejarah itu ada untuk dipelajari dan diwariskan.