Mohon tunggu...
Rahman Faisal Hasibuan
Rahman Faisal Hasibuan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Laki laki

Rahman Faisal Hasibuan Lahir di Bekasi tahun 1987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seribu Seribu!

3 Desember 2019   22:39 Diperbarui: 3 Desember 2019   22:42 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SERIBU..! SERIBU..! 

DI KOTA BEKASI

Program seribu taman di Kota Bekasi sudah digadang-gadang sejak tahun 2015. Program ini merujuk pada apa yang sudah dilakukan Pemerintah Kota Surabaya dan Kota Bandung yang dijadikan sebagai pembanding. 

Untuk itu, pemerintah Kota Bekasi juga melibatkan pihak swasta. Diantaranya dalam hal penyediaan lahan terbuka hijau (RTH) untuk dijadikan fasilitas sosial seperti pembuatan taman. Karena berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bekasi No. 16 tahun 2011 tentang Penyediaan dan Penyerahan. Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) ada kewajiban pengembang menyediakan RTH. 

Artinya 50 persen wilayah perumahan maupun mall dibangun dan 50 persenya disediakan untuk RTH. Pada saat bersamaan, Pemerintah Kota Bekasi juga membuat surat edaran kepada semua RW di kota Bekasi untuk mendukung program pemerintah memperbanyak taman.

Pada 2016, setelah setahun gerakan 1.000 taman digaungkan, Pemerintah Kota Bekasi baru bisa menyediakan 15 persen Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari 30 persen yang menjadi kewajiban Pemerintah Kota, yang terdiri dari 11 persen Private/pribadi dan 4 persen RTH Publik. Proyek ini diharapkan rampung tahun 2018. 

"Program seribu taman itu kita tidak Menggunakan APDB, kita menggandeng pihak swasta dengan Menggunakan Dana Corporate Social Responsibility (CSR), kita sudah memiliki siteplanenya tinggal pelaksanaannya kita tunjuk perusahaan mana saja yang akan melaksanakan pembangunan taman di berbagai tempat di Kota Bekasi." Jelas Rahmat Effendi, WaliKota Bekasi, kepada wartawan Sabtu, 9 Januari 2016.

Pada tahun yang sama, Kepala Dinas Tata Kota Bekasi, Koswara mengatakan, ratusan bidang lahan yang sudah diidentifikasi tersebut tersebar di seluruh Kota Bekasi. Adapun, luasannya bervariasi mulai dari 100 hingga 1000 meter persegi. "Titiknya berada di pemukiman warga maupun jalan raya, semuanya merupakan milik pemerintah," Jelas Koswara. Ia menambahkan, untuk mengubah ratusan lahan tersebut menjadi taman, pemerintah akan mengalokasikan anggaran pada APBD 2017. Selain itu, partisipasi dari swasta melalui dana CSR, dan pemberdayaan masyarakat. "Masyarakat yang terlibat pembangunan taman akan diberikan dana stimulan," terangnya.

Pada APBD tahun 2016, Pemerintah Kota Bekasi mengucurkan anggaran Rp 19,6 miliar untuk pengelolaan ruang terbuka hijau, secara spesifik menata dan memelihara taman. Rp 1,2 miliar di antaranya untuk merawat Taman Alun-Alun dan Taman Hutan Kota Bina Bangsa, serta Rp 2 miliar untuk merawat Taman Cut Meutia. Anggaran itu terbilang besar. Sebagai perbandingan, di Surabaya, untuk membangun tiga hutan kota baru skala besar, pemerintah setempat hanya merogoh kocek di angka Rp 900 juta saja pada tahun 2015.

Tahun 2016, untuk menambah 30 taman aktif dan merawat taman yang sudah ada, Pemkot Surabaya cuma mengeluarkan Rp 15 miliar. Sedangkan Di Kota Bandung, untuk perawatan taman dan pembangunan taman baru, pemerintah setempat cukup mengeluarkan Rp 7 miliar. Di Surabaya dan Bandung, taman aktif didesain secara serius agar masyarakat benar-benar merasakan manfaatnya. Hasilnya, bisa kita lihat: kedua kota itu menjadi rujukan.

Selain Program seribu taman, Pemerintah Kota Bekasi, juga berencana mengadopsi penerapan program 1.000 embung yang dianggap efektif menanggulangi banjir. Kondisi ini belajar dari Kabupaten Bojonegoro, Jawa Tengah yang kontur tanahnya hampir mirip dengan Kota Bekasi. "Beberapa waktu lalu, kami melakukan kunjungan kerja ke Bojonegoro. Banyak yang kami pelajari, termasuk program mereka berupa "Seribu Embung"," kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi saat itu. 

Pihaknya berencana membangun lebih banyak kolam retensi atau embung sebagai salah satu strategi pengentasan banjir yang masih menjadi masalah klasik di wilayah setempat. Adapun kolam-kolam retensi yang sudah ada akan dievaluasi keberadaannya supaya dapat dipastikan berfungsi optimal.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Pemkot Bekasi saat itu langsung melakukan pendataan titik-titik yang memungkinkan untuk dibuatkan kolam retensi. Tapi untuk mewujudkan Bekasi menjadi kota seribu embung, kendalanya juga tidak sedikit. Embung atau kolam retensi harus dibangun dengan kapasitas besar sehingga bisa menampung curah hujan secara maksimal. Konsekwensinya tentu membutuhkan anggaran besar, untuk pembebasan lahan dan pembangunan fisik. Ya sudah menjadi risiko Pemerintah Kota untuk bekerja lebih keras menyiapkan solusi yang paling efektif bagi warganya.

Walau masih banyak yang pesimis dan skeptis dengan niat Pemerintah Kota Bekasi kala itu, warga kota ini tetap menunggu hadirnya nuansa hijau di sudut-sudut kota untuk menambah pasokan oksigen bagi warganya. 

Menghidupkan taman tentu juga tidak cukup dengan menanam dan menyiram beragam tetumbuhan, kehadiran taman diharapkan juga bisa menghidupkan berbagai kegiatan seni di taman-taman kota yang layak untuk diselenggarakan kegiatan, agar taman tersebut tak terlihat suram. Begitu juga dengan embung atau telaga. 

Jika terwujud, tentu telaga ini sangat layak dijadikan sebagai tempat rekreasi dan mendapatkan hiburan bagi warga kota. Berbagai komunitas seniman muda yang bernaung dibawah Pemuda Peduli Taman (PPT), Ruang Musisi Bekasi (RMB), Perguruan Silat Seni Maen Pukul Bekasi (SMB), selalu siap menampilkan kreasi dan karya mereka di taman-taman nan hijau dan sejuk ini. 

Seperti yang selama ini mereka lakukan di Taman Cut Meutia Bekasi. Kalau Taman-taman di Kota Bekasi sudah menjadi tempat hidup dan berkembang berbagai jenis tanaman serta tempat tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan karya para seniman muda, berikutnya adalah; Kota Bekasi menjadi rujukan bagi kota-kota lainnya di Republik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun