Setiap harinya kita dihadapkan oleh rutinitas baik itu bekerja atau mengurus anak. Kita menetapkan jadwal dan waktu untuk masing- masing rutinitas yang kita jalani. Kita berusaha untuk selalu menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan baik. Mulai dari bangun tidur sampai kita tidur lagi kita sudah mengatur waktunya sedemikian rupa.
Mengenai rutinitas, kita sering dengar dari para motivator baik itu di televisi maupun media sosial bahwa kunci kesuksesan itu adalah disiplin dan kerja keras. Rutinitas dan disiplin yang kita lakukan memang memberi dampak yang luar biasa. Banyak lahir seniman hebat, banyak lahir pesepakbola hebat, banyak lahir ilmuwan hebat. Semua itu berasal dari rutinitas dan kedisplinan mereka, mereka mampu memanfaatkan waktu dengan baik dan tidak terbuang dengan sia-sia.
Rutinitas ini di samping memiliki efek yang positif, rutinitas ini juga memberi efek negatif terhadap diri kita.Â
Di era revolusi industri hari ini memaksa semua orang terjebak pada rutinitas yang monoton, kita harus bekerja 8 jam atau 12 jam. Begitu setiap harinya, bahkan kita seperti mesin yang terus menerus beroperasi. Hal inilah kemudia membuat kita mengalami kekosongan jiwa, kita tidak punya banyak waktu untuk bersosia, kita tidak punya banyak waktu untuk diri kita sendiri. Sehingga membuat kita lari pada hal-hal yang kita anggap bisa mengisi kekosongan jiwa kita sejenak baik itu dengan Healing, ke mal, ke diskotik, dll.
Kita bisa lihat fenomena ini di kota-kota besar. Kita bisa lihat di hari apa, di jam berapa di melakukan rutinitas yang sama. Kita bisa lihat semua orang setiap harinya berdesak-desakkan saat pergi dan pulang kerja baik itu di stasiun ataupun jalanan. Kemajuan industri di suatu negara itu juga yang memberi dampak bagaimana hubungan antar masyarakat di dalamnya. Kemajuan industri melempar kita menjadi apatis dan individualis. Kurang kepekaan dan kepedulian kita terhadap orang lain.