Mohon tunggu...
rahmaharumoktaviana
rahmaharumoktaviana Mohon Tunggu... Makeup Artist - MAHASISWA PWK 19 UNIVERSITAS JEMBER

191910501041

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Vertical Farming Berbasis IoT, Pertanian Masa Depan di Indonesia

28 Desember 2020   07:21 Diperbarui: 28 Desember 2020   07:50 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pertanian masa depan merupakan suatu upaya dan visi pertanian dengan berkonsep pada peningkatan mutu agroindustry, agrobisnis, serta pengentasan kemiskinan dengan beranut pada sistem berkelanjutan melalui penggunaan IoT (penggunaan internet). Hal ini muncul karena adanya problematika berupa kurang efisiennya dan degredasi lingkungan dalam proses produksi di agroindustry. Pola pengelolaan tradisional mempengaruhi pembiayaan dan efektifitas pengerjaan hingga menimbulkan besar kecilnya kuantitas pasca panen. 

Di samping itu terdapat pemikiran bahwa penggunaan lahan dan tenaga kerja yang banyak memicu adanya pemikiran bahwa pertanian di masa depan akan tergerus habis oleh pembangunan pergedungan masif serta kemajuan profesi lain di bidang non pertanian yang menjadi tombak perekonomian utama menurut stereotip masyarakat Indonesia. 

Sesungguhnya pertanian merupakan ilmu dan bidang yang mempengaruhi maju tidaknya suatu negara dengan tinjauan berupa sumbangsih yang diberikan pada negara tersebut contohnya berkontribusi dalam pertahanan gizi, pangan, bahan mentah industry, dan penyumbang ekspor dalam bentuk devisa untuk negara. Urgensi pertanian bagi sebuah negara harusnya tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia. 

Eksistensi profesi petani di Indonesia memiliki stereotip rendah di mata masyarakat akibat adanya presepsi bahwa profesi petani merupakan profesi yang kuno dan terlalu tradisional. Di sisi lain, menurunnya luasan lahan pertanian akibat alih fungsi lahan oleh pembangunan pemukiman atau gedung permanen lainnya menjadi factor utama pertanian Indonesia mengalami kemunduran yang dapat ditinjau dari perbandingan hasil panen tiap tahunnya. Hal yang terjadi selanjutnya adalah munculnya masalah lain yang berupa maraknya pengangguran, meningkatnya kemiskinan, serta menurunnya pangan dan gizi masyarakat. 

Oleh karenanya diperlukan inovasi-inovasi terbarukan di bidang pertanian dengan pemberdayaan industry 4.0 dan society 5.0. salah satu inovasi yang patut untuk dicoba adalah urban farming yang diterapkan oleh beberapa negara maju dengan luasan lahan terbatas seperti Jepang. Kegiatan urban farming salah satunya konsep vertical farming menjadi daya Tarik bagi kawasan perkotaan yang minim akan lahan terbuk. 

Penanaman vertical farming biasanya menggunakan media tanam selain tanah dan menggunakan tumbuhan yang sesuai dengan media tanam tersebut. Penerapan urban farming sebenarnya telah berkembang di Indonesia sejak adanya sistem tanam hidroponik dan adanya kondisi pandemic yang menyebabkan masyarakat lebih aktif melakukan kegiatan di rumah termasuk bercocok tanam. 

Terdapat beberapa kelebihan yang didapatkan dari inovasi pertanian vertical farming ini yaitu memanfaatan media tanah yang dapat diminimalisir, penggunaan air yang dapat berkelanjutan, dan hasil panen yang bersifat organik (tanpa pestisida). Melalui teknik vertical farming juga mampu menambah hasil panen baik untuk pemenuhan kebutuhan local maupun regional tergantung sistem distribusinya. 

Jepang telah memakai teknik vertikal farming dengan pencapaian hasil panen dari pertanian sistem ini sejumlah dari total hasil panen pertanian di Jepang. Penggunaan IoT juga dapat diterapkan melalui proses pergantian air pada media tanam sehingga proses perawatan tanaman menjadi lebih efisien. Melalui sistem seperti ini, generasi muda dapat menimbang ulang profesi petani tidak selamanya menjadi profesi yang terpinggirnya, menyusahkan, dan terkesan kolot.

Melaui presepsi penulis di atas, dapat dikorelasikan dengan perencanaan wilayah dan kota melalui sistem mempertahankan open space dan spasialisasi kawasan untuk penerapan vertical garden di kawasan perkotaan. Secara spasial, perencana dapat memberikan arahan penataan ruang yang mengikat tiap rumah atau bangunan untuk menyediakan minimal 5% dari luasan lahannya untuk dijadikan open space sebagai tindakan preventif mencegah degredasi jumlah lahan terbuka. 

Untuk pengembangan teknik vertical garden ini dapat dikaitkan dengan pengadaan pengaturan pada dokumen tata ruang di tiap daerah untuk menerapkan sistem roof garden, green wall, atau vertical garden di beberapa zona. Selain itu perlu adanya pengaturan air yang berbasis masyarakat (based water management) dengan sistem IoT sehingga mampu mempertahankan jumlah air dalam satu kawasan untuk kebutuhan vertical farming ini maupun kebutuhan primer masyarakat melalui reuse dan recycle air pada siklus penggunaannya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun