Mohon tunggu...
Rahmad Sholehuddin
Rahmad Sholehuddin Mohon Tunggu... Bankir - Pecinta Kopi

Semuanya pasti pergi, dan hanya satu yang tersisa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karantina dan Aisyah Istri Nabi

5 April 2020   22:17 Diperbarui: 5 April 2020   22:18 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kita semua tau, bahwa saat ini dunia sedang mengalami pandemi global, ya COVID 19 namanya. Sampai pada titik sekarang ahirnya pemerintah memberlakukan kebijakan #stayathome kepada semua masyarakat. Dan sayapun sebagai warga negara yang baik (eheem..) mematuhi intruksi pemerintah agar tetap dirumah jika tidak ada keperluan yang mendesak. Oh iya, karna saya anak rantau kost saya anggap sebagai rumah sendiri.


Saya sebagai karyawan TAD disalah satu perusahaan BUMN memiliki tanggung jawab pekerjaan yang menyita waktu dan tenaga sehingga cukup melelahkan pikiran, tentu hari sabtu dan minggu menjadi hari yang sangat saya tunggu-tunggu kehadiranya bak Avengers yang selalu ditunggu oleh civil society dalam film Avengers: civil war. Terpenjara di kost membuat saya harus memiliki hiburan alternatif agar suanana tetap enjoy. Dan dari sinilah semuanya cerita dimulai.


Salah satu kegiatan saya ketika mendekam dikost adalah bermain game online Mobile Legend. Saya sangat suka dengan game online yang satu ini, sebab metode permainannya yang sangat dinamis dan membutuhkan kerja sama tim yang sangat luar biasa untuk bisa memenangkan pertarungan melawawan tim musuh. Atau saya biasa membaca novel-novel karangan choiril Anwar,  Buya Hamka, Max Havelar, atau eyang Pram (Pramoedya Ananta Toer).


Berbeda dengan penghuni kost disebelah saya, sepanjang waktu dia memutar lagu. Lagu itu dia mainkan berulang-ulang sampai sayapun heran apa memang di Indonesia kekurangan stok lagu selain lagu itu. Terlebih, itu adalah genre musik yang begitu kurang masuk dalam selera musik saya. Sebagai orang yang lahir di tahun 90-an, saya salah satu pencinta lagu dari Ariel Peterpan, atau jika melangkah ke barat, saya menyukai jenis akustik seperti "Tears In Heaven" yang dinyanyikan secara sendu oleh Eric Clapton.


Apapun kondisinya, saya tidak mungkin menghindar untuk ikut mendengarkan lagu itu. Lagu itu tidak hanya didendangkan oleh penghuni sebelah kost yang sesekali keluar dari kamarnya. Dia juga sambil joget-joget kecil menirukan vocalis lagu itu saat menyapu didepan kamarnya, sementara saya memperhatikannya sambil membaca novel dan rokok ditangan kanan. Ya ampun, kapan penderitaan ini akan berahir!


Terus-menerus mendengarkan lagu itu, ahirnya saya sedikit hafal liriknya. Penggalan lirik yang saya hafal adalah: "Aisyah romantisnya cintamu dengan Nabi". Selebihnya saya lupa-lupa ingat dengan liriknya, tapi ingatan saya sudah sangat jelas menangkap alunan lagu itu dengan paripurna. Dan, saya akui enak juga sih! Hihi..


Dari perasaan sumpek,  ahirnya tumbuh suka. Jika para pujangga berkata "dari mata turun ke hati" kali ini beda, tapi dari telinga turun ke hati. Saya penasaran lagu apa sih itu. Setelah berselancar di you tube saya baru tahu, lagu itu dipopulerkan oleh grup band Malaysia, Projector Band. Ya, lagu itu berjudul "Aisyah Istri Rasulllah". Lagu itu sebenarnya sudah release di Malaysia sejak tahun 2017 dan baru booming di Indonesia baru-baru ini.


Setelah saya browsing full liriknya. Lagu itu berkisah tentang betapa romantisnya sayyidah Aisyah dengan baginda Nabi Muhammad. Paragraf sebelum ref, liriknya sangat manis: "sungguh sweet Nabi mencintaimu hingga Nabi minum dibekas bibirmu, bila marah Nabi kan bermanja mencubit hidungnya". Betapa romansanya antara Aisyah dan dan Baginda Nabi tersirat dari lirik lagu itu. Kisah cinta beliau sangat manusiawi sekali, sehingga siapapun tidak akan kesulitan dalam meng-imajinasikan tentang hubungan suami-istri seperti Aisyah dan Nabi.


Hati kecil saya mulai berbisik jail, jangan-jangan sebelah kost saya ini ingin menyanyikan lagu itu kepada pasangannya ketika Corona sudah pulang nanti. atau itu adalah suatu bentuk protes kepada pasangannya, yang dia ekspresikan sendiri dalam kamar kost kecil. Dan berharap supaya hubungannya segera menyerupai lirik lagu itu dengan bingkai romantisme. saya sebagai manusia terpelajar  harus adil dengan tetap mendengarkan lagu itu sebagai teman kost yang bermartabat (aseeek..).  Saya sampaikan pada kalian, eyang pram mengatakan "seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi tindakan".


Dan ahirnya jika ada yang bertanya apa hikmah dibalik karantina, dengan tegas saya menjawab: "sesegera mungkin saya harus memiliki Aisyah dalam hidup ini". Sebuah kesadaran yang sangat sederhana berkat karantina karena Corona.


Itu saja!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun