Anak-anak terbiasa dengan hasil yang cepat melalui teknologi, sehingga sulit bagi mereka untuk memahami pentingnya proses dan kerja keras. Ini bisa berdampak pada kemampuan mereka menghadapi kegagalan atau menunda kepuasan.
Ada kutipan terkenal dari seorang Laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat yang bernama William H. McRaven tentang merapikan tempat tidur:
"Jika kamu merapikan tempat tidurmu setiap pagi, maka kamu sudah menyelesaikan tugas pertama hari itu. Hal kecil itu akan memberimu rasa bangga, dan akan mendorongmu untuk menyelesaikan tugas-tugas lain. Pada akhirnya, hal-hal kecil itu akan berubah menjadi hal besar. Jika kamu tidak bisa melakukan hal-hal kecil dengan benar, kamu tidak akan pernah bisa melakukan hal-hal besar dengan benar."
Kutipan ini saya sampaikan pada anak saya untuk memotivasinya. Syukurlah dia memahami dengan baik pesan ini dan mempraktekkannya. Merapikan tempat tidur adalah hal yang paling sederhana yang bisa dia lakukan untuk memulai hari. Disiplin, kemandirian, dan daya juang akan menjadi bekal yang berguna untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya.
Tanamkan pula bahwa hidup adalah sebuah proses. Tidak ada hasil yang diraih secara instan. Semuanya membutuhkan usaha, ketekunan, dan perjuangan. Memang, tidak semua tujuan akan tercapai, kegagalan pasti ada. Namun, dari kegagalan itulah anak belajar untuk bangkit, tidak putus asa, dan terus mencoba.
Agar hal ini berhasil, orang tua berperan untuk mengangkat kepercayaan diri anak dengan menghargai segala usahanya, baik yang berhasil maupun yang gagal. Orang tua harus menjadi pendukung utama yang selalu memberi dorongan, semangat, dan keyakinan bahwa setiap langkah adalah bagian penting dari proses belajar menuju kesuksesan.
***
Pada akhirnya, pendidikan bermutu bukan hanya tanggung jawab sekolah semata, melainkan sebuah kolaborasi yang erat antara guru dan orang tua. Guru berperan menanamkan pengetahuan, keterampilan, serta mengarahkan anak melalui proses belajar yang terstruktur, sementara orang tua menjadi pendamping utama yang memastikan nilai-nilai tersebut terus terjaga di rumah. Tanpa sinergi keduanya, pendidikan yang diberikan akan terasa timpang.
Oleh karena itu, peran aktif orang tua dalam berkomunikasi, bekerja sama, dan mendukung program pendidikan di sekolah menjadi kunci agar anak-anak tumbuh sebagai generasi abad 21 yang adaptif, kreatif, kritis, dan berkarakter. Dengan kolaborasi yang baik, anak tidak hanya siap menghadapi derasnya arus globalisasi dan teknologi, tetapi juga mampu menciptakan peluang serta menjadi pribadi tangguh yang membawa perubahan positif bagi masyarakat.
Sumber:
Mendidik Anak di Era Digital: Tantangan dan Peluang https://share.google/m9bUhKLhEkdhIWWNp
Tantangan dalam Mendidik Karakter Anak di Abad 21 https://share.google/qfEvRJH05Nhw6LcKi
8 Keterampilan Sosial yang Perlu Dimiliki Sang Anak https://share.google/p2PgzfrNiwaR8caGG