Mohon tunggu...
Rahma Indarti
Rahma Indarti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kerja dan berdoa, berpikir dan yakin

Kun Anta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Masalah Lingkungan: Sungai yang Tidak Lagi Jernih

7 Juni 2021   22:49 Diperbarui: 7 Juni 2021   23:46 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Lingkungan di Indonesia menjadi permasalahan hampir di setiap tahun, baik itu permasalahan yang sama atau timbul masalah lingkungan yang baru. Dari serangkaian permasalahan lingkungan di Indonesia, perlu adanya penyelesaian yang efisien agar dapat berkurang. Seluruh lapisan masyarakat memiliki peran yang sama dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang dialami saat ini. Tetapi peran pemerintah menjadi sektor penting dalam menyelesaikan masalah lingkungan dikarenakan terdapat wewenang untuk mengeluarkan kebijakan dan sejenisnya. Apabila semua lapisan masyarakat memiliki kesadaran dan dapat bekerja sama dalam menjaga kelestarian lingkungan maka permasalahan dapat mudah teratasi.

Permasalahan lingkungan di Indonesia diantaranya banjir, tanah longsor, pencemaran sungai, eksploitasi laut, kerusakan tekstur tanah, penimbunan sampah, kekeringan dan sebagainya. Dikatakan bahwa permasalahan tersebut muncul karena faktor alami tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa manusia juga terlibat di dalamnya bahkan memungkinkan menjadi pemeran utama permasalahan lingkungan. Dengan demikian, pemikiran yang kritis dan terbuka perlu dikembangkan agar permasalahan lingkungan dapat diatasi atau setidaknya dicegah oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, bersama-sama masyarakat perlu untuk bergerak mencegah permasalahan lingkungan tanpa tunjuk jari siapa yang bertanggungjawab. Terlepas dari hal tersebut, terdapat salah satu permasalahan lingkungan yaitu pencemaran sungai yang dirasakan oleh masyarakat di Kabupaten Nganjuk.

Dengan adanya bonus demografi dan berkembangnya kehidupan manusia baik dari segi teknologi, informasi ataupun lainnya membuat kebutuhan terkait air mengalami peningkatan. Kualitas air yang semakin menurun dapat mempengaruhi aktivitas, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Meskipun jumlah debit air meningkat atau banyak tetapi kualitasnya buruk bahkan tidak dapat digunakan menjadi sama saja. Penurunan kualitas air sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal diantarnya meningkatnya perkembangan industri Indonesia, limbah rumah tangga yang semakin meningkat seiring peningkatan jumlah manusia, kesadaran manusia terkait penting menjaga kelestarian lingkungan. Menurut Wicaksono  (2013), Sungai Klinter di Kabupaten Nganjuk menjadi salah satu ekosistem perairan yang dengan mudah mendapatkan pengaruh sekitarnya baik itu alami atau kegiatan manusia. Misalnya dari limbah industri kertas dimana menyebabkan pencemaran yaitu perubahan kualitas air sehingga tidak dapat digunakan.

Selain itu, dalam Putri & KUSPRIYANTO (2019) menyatakan bahwa pembuangan limbah peternakan berupa cair atau padat ke badan sungai akan menurunkan kualitas air sungai. Dikarenakan limbah organik memicu oksidasi yang cukup tinggi. Pencemaran ini terjadi di Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Dari hal ini, pencemaran sungai menjadi sebuah permasalahan oleh ulah manusia. Berbagai aktivitas yang dilakukan manusia terutama yang menghasilkan limbah seakan-akan memberikan pengaruh buruk terhadap lingkungan meskipun aktivitas tersebut juga menimbulkan hal yang positif. Selain itu, limbah rumah tangga yang dihasilkan dari masyarakat sekitar sungai juga berdampak pada kualitas air yang ada. Dimana dengan sengaja masyarakat membuang limbah, sampah atau sejenisnya di sungai. Pada hal ini, pencemaran sungai di daerah Nganjuk di sebabkan oleh limbah pabrik industri, limbah peternakan atau pertanian dan juga limbah rumah tangga.

Belum lagi ketika curah hujan tinggi, BMKG (2020) mengungkapkan bahwa sekitar pada bulan Maret-April 2021 limbah di sungai yang tidak dapat terurai tersebut memudahkan air meluap. Beberapa kota di Jawa Timur yang berpotensi dengan intensitas lebat dan memungkinkan banjir salah satunya adalah Nganjuk. Oleh karena itu, seiring dengan turunnya hujan, limbah-limbah yang menumpuk akan menimbulkan bau yang merugikan banyak orang. Penglihatan yang juga menjadi buruk dengan adanya limbah sungai ini menunjukkan kurangnya kepekaan lingkungan. Selain itu, ketika debit hujan semakin meningkat dan terjadi peluapan air, akan mengalami kesulitan air bersih dan juga banjir terjadi disertai sampah dan limbah yang kurang sedap tersebut. Apabila permasalahan pencemaran sungai di Nganjuk tidak segera teratasi maka masalah-masalah lain akan muncul mengiringinya dan membuat semakin sulit teratasi.

Pencemaran sungai ini menimbulkan berbagai dampak yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Mulai dari kurangnya air bersih yang digunakan untuk mandi, minum dan masak sehingga membuat masyarakat membeli air bersih. Belum lagi, ketika musim kemarau datang yang menyulitkan masyarakat untuk mencari sumber air dan ketika ada kualitasnya menurun. Masalah kesehatan juga menjadi salah satu dampak, seperti muncul gatal-gatal, masalah pencernaan, demam berdarah, mual dan muntah serta masih banyak lagi. Belum lagi dengan adanya dampak terhadap sosial, misalnya banjir. Selain itu, ancaman kerusakan ekosistem di sungai juga menjadi dampak dari tercemarnya sungai.

Solusi yang dapat digunakan dalam mencegah atau mengatasi pencemaran sungai dapat dilalui dengan berbagai cara. Diantaranya dengan membatasi perilaku manusia dalam setiap kegiatannya sesuai dengan isi Undang-Undang Lingkungan Hidup agar tercipta keseimbangan yang senantiasa terjaga. Dalam hal itu, perlu adanya pengetahuan dan pemahaman dari masyarakat terkait pentingnya kelestarian lingkungan, cara mengatasi permasalahan limbah ataupun sampah untuk tidak membuangnya di sungai. Penggunaan detergen yang ramah lingkungan juga dapat dilakukan serta tidak membuang sampah apapun di sungai. Di sisi lain, kebijakan dan peraturan terkait lingkungan di Indonesia harus ditegaskan dengan memberikan sanksi pada pihak yang  berkaitan dengan perusakan atau pencemaran lingkungan. Selain itu, para pemuda yang merupakan agen of change juga dapat berkontribusi dengan melakukan gerakan pecinta lingkungan atau melakukan sosialisasi terhadap masyarakat desa terkait pentingnya menjaga sungai. Meskipun, terlepas dari semua penawaran solusi akan mencapai kesuksesan pelestarian apabila semua pihak terlibat dan memiliki kesadaran bahwa apa yang ada di semesta ini milih Tuhan dan kita hanya perlu merawat, menjaga dan melestarikan bukan merusaknya.

Referensi

BMKG. (n.d.). Prakiraan Musim Hujan Tahun 2020/2021 di Indonesia | BMKG. BMKG | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Retrieved June 7, 2021, from BMKG

Khoiriyah, H. (2019). Pengorganisasian masyarakat dalam rangka mengurangi tingginya pencemaran lingkungan di Desa Ngasem Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Maskur, M. RELEVANSI PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG LINGKUNGAN DAN ETIKA LINGKUNGAN DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN ARTIKEL.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun