Bagaimana jika dominasi dolar Amerika dalam perekonomian global perlahan menghilang? Sepuluh tahun lalu, gagasan ini mungkin hanya dianggap wacana saja. Namun, dalam konteks ketegangan geopolitik, disrupsi ekonomi, dan transformasi teknologi finansial saat ini, pertanyaan tersebut menjadi semakin relevan dan layak untuk dibahas secara serius.
Sistem Moneter Internasional sebagai Arena Pertarungan KekuasaanÂ
Sebagaimana dibahas oleh Thomas Oatley, Sistem Moneter Internasional tidak pernah netral. Ia selalu menjadi arena pertarungan kekuasaan, antara negara kuat dan negara lemah, antara pusat dan pinggiran. Siapa yang mengendalikan mata uang global, mengendalikan arah ekonomi dunia. Saat ini, pertarungan itu memasuki babak baru yang sangat menarik.
Sistem moneter global tidak hanya mencerminkan struktur ekonomi internasional, tetapi juga memperlihatkan distribusi kekuasaan politik global. Sejarah telah mencatat, sejak sistem Bretton Woods didirikan, bagaimana kepemimpinan Amerika Serikat melalui dominasi dolar menciptakan struktur ekonomi internasional yang menguntungkan pusat kekuasaan Barat. Dominasi ini tidak hanya memperkuat posisi ekonomi Amerika, tetapi juga memberikan keunggulan geopolitik yang berkelanjutan.
Dolar sebagai Raja yang Mulai RetakÂ
Sejak akhir Perang Dunia II, dolar AS bukan sekadar mata uang. Ia adalah darah yang mengalirkan energi ke seluruh sistem keuangan global. Dari perdagangan minyak, investasi lintas negara, hingga cadangan devisa bank sentral, hampir semua bertumpu pada kekuatan dolar.
Namun, krisis demi krisis mulai dari krisis finansial 2008, pandemi 2020, hingga perang Rusia-Ukraina perlahan menggoyang kepercayaan dunia terhadap dolar. Sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS dan sekutunya terhadap Rusia, misalnya, malah mempercepat fenomena de-dollarization.
Banyak negara kini mencari alternatif: membayar perdagangan dalam yuan, dirham, hingga transaksi berbasis emas. India dan Uni Emirat Arab, contohnya, telah mulai melakukan pembayaran minyak tanpa menggunakan dolar. BRICS, aliansi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, bahkan berencana meluncurkan mata uang baru yang dirancang untuk menyaingi dominasi dolar.
Apakah ini berarti akhir dari "American Century"? Belum tentu. Dolar masih memegang lebih dari 50% cadangan devisa dunia. Namun, jelas bahwa dunia bergerak menuju sistem moneter yang lebih multipolar dan terfragmentasi. Konsolidasi kekuatan ekonomi regional menjadi tren baru, menciptakan blok-blok keuangan alternatif yang memperlemah dominasi tunggal dolar.
Pesaing Baru dari Teknologi dan Digitalisasi KeuanganÂ