Mohon tunggu...
rahib tampati
rahib tampati Mohon Tunggu... -

Rahib yang hidup di biara Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Teroris dalam Jebakan Intelijen?

2 November 2012   06:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:05 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengamat intelijen Mustofa Narawardhaya mengatakan bahwa aksi – aksi terorisme yang terus berkembang saat ini tak terlepas dari rekayasa yang di buat oleh operasi intelijen. Gerakan – gerakan terorisme dengan isu negara Islam diyakini oleh Mustofa telah di tunggangi oleh “orang –orang buatan”.

Kata Mustofa lagi bahwa ide mendirikan negara Islam itu baik, tapi mendirikan negara Islam dengan kekerasan, merampok, menipu dan membunuh orang yang tidak bersalah jelas sesuatu yang dikendalikan intelijen untuk menjerumuskan umat Islam dan menyasar aktifis – aktifis Islam yang memiliki agenda politik Islam.

Mustofa meminta masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan pres rilis dari fihak aparat, khususnya Densus 88, BNPT hingga kepolisian. Informasi yang di sajikan oleh institusi ini sulit di investigasi kebenaran sesuai dengan fakta di lapangan.

Gerakan – gerakan yang ingin mendirikan negara Islam saat ini justru di kuatirkan lebih banyak di susupi oleh orang – orang buatan (intelijen). Orang – orang inilah yang mengagas perlawanan dan memprovokasi melakukan pemberontakan terhadap NKRI dengan memanfaatkan emosi umat dan kekecewaan terhadap sistem hukum di negara ini.

Ketika isu ini di terima oleh para pemuda yang naif dan lugu tapi memiliki rasa keislaman yang kuat, maka saat itulah mereka akan di siapkan menjadi pelaku teror dengan menggunakan kekerasan demi tujuan – tujuan tersebut.

Lalu orang – orang buatan ini akan menghilang seperti hantu ketika terjadi aksi terorisme dan menjadi reality show di televisi. Mereka aman dan tak tersentuh karena tujuan mereka adalah memancing para pemuda tersebut untuk melakukan aksi yang diprovokasi orang – orang buatan tersebut.

Sistem Sel Sistem Intelijen

Mengapa sampai detik ini para pelaku teror yang tertangkap selalu berakhir mati, jika pun tertangkap hanya sebatas kroco dan pelaku bagian bawah dari para jaringan tersebut. Karena para pelaku teror yang direkrut tidak menyadari bahwa yang merekrutnya adalah orang – orang buatan yang di susupi atau menyusup dalam sebuah jaringan yang bernama.

Saat mereka dibina dan dilatih, saat itulah mereka akan di siapkan untuk di korbankan untuk agenda – agenda intelijen. Terorisme yang terjadi dewasa ini tidak terlepas dari kegiatan intelijen yang sangat memahami postur kelompok – kelompok Islam di Indonesia.

Apalagi semangat keagamaan di jiwa para pemuda dan remaja Islam mengeliat dan tumbuh subur dengan maraknya aktifitas – aktifitas keislaman di kampus, sekolah dan perkantoran. Keadaan ini tentu menjadi perhatian dan kekuatiran mengenai dampak tingginya aktifitas keagamaan dalam perspektif politik di negara ini.

Sudah bukan menjadi rahasia lagi dari jaman Soekarno dan Soeharto, intelijen terus memantau kegiatan para aktifis Islam di nusantara. Operasi – operasi yang di lakukan oleh intelijen di masa Soeharto menunjukkan bahwa musuh utama adalah aktifis Islam yang memiliki agenda – agenda politik negara Islam.

Menyadari hal ini, intelijen memiliki kepentingan untuk mengawasi kelompok – kelompok tersebut. Isu demi isu sengaja di hembuskan untuk memancing aktifis tersebut keluar dan memberikan reaksi yang di inginkan, tapi sayangnya yang tertangkap malah para remaja dan pemuda yang lugu dan polos.

Kasus Basir?

David tertangkap oleh Densus 88 karena hanya mengenai Basir. Siapa sebenarnya Basir ini? David mengenalnya dalam sebuah jejaring sosial Facebook, Basir tercatat berkenalan melalui Facebook dengan Nanto, David dan Herman. Keberadaan Basir yang menumpang menginap di rumah David bermula dari keinginan Basir mencari pekerjaan di Jakarta. Sampai detik ini pun Basir seperti hantu, hilang misterius semenjak penangkapan David di rumahnya di kawasan Palmerah, Jakarta. Bahkan hingga kini pun polisi tidak mengumumkan siapa sosok Basir ini.

Mustofa mensinyalir bahwa intelijen telah melakukan cara jorok dengan membuat konspirasi hitam dalam menjerumuskan umat Islam khususnya para aktifis. Mustofa yang juga aktifis pemuda Muhammadiyah menyatakan bahwa Densus dan BNPT gagal dalam menerapkan deradikalisasi dengan pola konvensional.

Menurut Mustofa lagi, intelijen sekarang menyusup menjadi agen yang mengaku sebagai pejuang Islam. Mereka mengincar para pemuda atau remaja yang akan di jadikan korban dari agenda ini. mereka berkenalan di Facebook lalu mengindentifikasi rumah dan menaruh barang bukti lalu menghilang, kemudian rumah yang di singgahi akan diciduk karena terkait oleh jaringan terorisme. Cara ini kotor sekali jelas Mustofa.

Mustofa menguraikan bahwa, Basir – Basir lainnya alkan terus berkeliaran di dunia maya mencari para korban untuk di jadikan sasaran berikutnya. Dunia media sosial di anggap cara paling mudah dalam merekrut orang yang akan di tuduhkan sebagai pelaku aksi teror.

Fitnah Terhadap Kelompok Islam

Mengapa dan kenapa kelompok Islam di bidik dalam agenda teroris? Di indonesia Hizbut Tahrir termasuk yang paling garang dan frontal dalam meneriakkan kembali kepada Khilafah dan syariat Islam.

Kelompok ini tidak memiliki kendaraan politik dan juga mengharamkan mengikuti sistem demokrasi yang mereka anggap kufur karena tidak sesuai dengan sistem dari Islam. Terlepas dari pro dan kontra penafsiran mengenai siasat dalam politik Islam, Hizbuz Tahrir termasuk yang paling konsisten dan terbuka dengan ideologi yang di anutnya.

Cara yang mereka lakukan pun bersifat akademis dengan mengelar seminar – seminar dan juga kampanye terbuka yang di lihat oleh masyarakat luas. Lalu siapakah sebenarnya kelompok yang menginginkan berdirinya Negara Islam di Indonesia?

Apakah mereka nyata? Atau mereka hanyalah sebuah gerakan yang di buat, di rancang dan di gunakan oleh sebuah kekuatan untuk kepentingan – kepentingan tertentu. Apakah para remaja dan pemuda yang mereka rekrut menyadari bahwa sebenarnya mereka adalah binaan dari intelijen? Mengapa mereka bersembunyi jika yang mereka sampaikan adalah kebenaran? Apakah kebenaran selalu bersembunyi di balik bayangan? Apakah dengan cara membom dan menyerang polisi dan menjadikan musuh masyarakat akan dapat membawa mereka dalam keberhasilan mendirikan negara Islam di Indonesia? Sungguh naif dan polos jika mereka mengatakan iya. Mungkin ada benarnya ketika Mustofa mengatakan bahwa Remaja Islam yang sadar syariat Islam itu sudah banyak, namun kadang masih polos dengan ungkapan-ungkapan di dunia maya, ini harus hati-hati. Memiliki semangat Islam itu baik namun harus tetap diiringi dengan ilmu. Semua itu bertujuan agar kita lebih bisa memilah dan berstrategi agar perjuangan Islam tidak ditunggangi operasi Inteligen. Jika baru berkenalan dengan orang asing yang berteriak-teriak Islam secara frontal di dunia maya, wajib kita berhati-hati sampai kita kenal betul siapa dia dan apa latar belakangnya. Jangan mau sembarangan diajak ketemu di dunia nyata.

Rahib Tampati

-----------------------------------------

Artikel Terkait :

Aksi Teror Aksi Intelijen?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun