Kita bisa belajar dari kalimat itu. Bahwa memeluk akar bukan berarti menolak angin. Bahwa menjadi orang Batak, Bugis, Sunda, atau Jawa bukan berarti menolak untuk menjadi Indonesia. Dan menjadi Indonesia bukan berarti melepaskan jati diri yang diwariskan oleh leluhur.
Warisan atau Wabah?
Pada akhirnya, primordialisme adalah pisau bermata dua. Ia bisa digunakan untuk mengolah tanah nilai, menumbuhkan rasa cinta akan budaya, atau justru menusuk dalam gelap, membelah masyarakat atas nama asal-usul.
Pilihan itu tergantung kita: menjadikannya warisan yang bijak, atau wabah yang memecah. Sebab, seperti kata seorang budayawan: "Identitas itu bukan untuk dibanggakan secara membabi buta. Ia adalah cara kita merawat hidup bersama."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI