Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemerintah AS Shutdown: Pola Lama, Dampak Baru

2 Oktober 2025   10:19 Diperbarui: 2 Oktober 2025   10:19 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi Gedung Putih.(Foto: Shutterstock via Kompas.com)

Di saat Kongres AS gagal mengesahkan RUU pendanaan sementara sebelum batas waktu 30 September 2025, pemerintahan federal resmi memasuki kondisi shutdown pada 1 Oktober 2025.

Pemerintahan yang sebagian besar berhenti beroperasi itu bukan sekadar kegagalan teknis dalam proses anggaran--ia adalah cermin dari dinamika politik, permainan kekuasaan, dan kelemahan prosedural yang berulang dalam sistem pemerintahan Amerika Serikat.

Sebelum jauh dan mendalam, ada baiknya kita pahami dulu apa itu kondisi shutdown yang terjadi di negeri Paman Sam.

Shutdown: Lagu lama, kaset baru

Dalam literatur politik Amerika Serikat, government shutdown merujuk pada penghentian sebagian besar operasi pemerintahan federal akibat terhentinya proses penganggaran.

Secara konstitusional, Pasal I Konstitusi AS memberi kewenangan penuh kepada Kongres untuk meloloskan appropriations bills (rancangan undang-undang pendanaan) sebagai dasar legal pengeluaran negara. Mirip APBN di Indonesia.

Ketika rancangan pendanaan tidak tercapai hingga batas tahun fiskal, pemerintah terikat oleh prinsip Antideficiency Act yang melarang pengeluaran tanpa otorisasi legislatif.

Akibatnya, lembaga federal yang tidak tergolong esensial harus menghentikan layanan, sementara pegawai dirumahkan atau bekerja tanpa bayaran.

Fenomena ini bukan sekadar persoalan teknis anggaran, melainkan refleksi dari polarisasi politik, logika veto players, serta strategi brinkmanship yang kerap digunakan partai-partai politik dalam negosiasi kebijakan.

Fenomena ini bukan kali pertama terjadi. Shutdown telah berulang sejak era Presiden Jimmy Carter di akhir 1970-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun