Fenomena masyarakat Indonesia yang ramai-ramai membeli emas saat ini dapat dianalisis melalui beberapa faktor makroekonomi dan psikologis yang saling berkaitan.
Lonjakan permintaan emas batangan tercatat naik sekitar 10% dari 781,7 ton pada 2023 menjadi 860,7 ton pada 2024, dengan peningkatan signifikan juga pada emas digital mencapai 231% secara tahunan (cnbcindonesia, 16/4/2025).
Emas sering dianggap sebagai safe haven asset yang stabil di tengah ketidakpastian ekonomi, inflasi, atau gejolak pasar (Sari & Wijaya, 2022).
Namun, keputusan investasi massal ini perlu dikaji secara kritis, mengingat potensi bias psikologis dan ketidaksesuaian dengan prinsip investasi yang rasional.
Disinilah pesan Warren Buffett menjadi relevan, Apa isi pesan itu? Jika demikian adakah alternatif investasi lain? Mari, kita diskusikan.
Faktor-faktor penyebab meningkatnya pembelian emas
1. Ketidakpastian ekonomi global dan domestik
Fluktuasi nilai tukar rupiah, ketegangan perang dagang antara AS dan mitra dagangnya, serta kebijakan moneter AS yang tidak menentu menyebabkan masyarakat mencari aset safe haven (Sukirno, 2021).
Emas dianggap sebagai instrumen investasi yang mampu melindungi nilai kekayaan di tengah volatilitas pasar dan risiko inflasi.
2. Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Penjualan Riil (IPR)
Data menunjukkan penurunan IKK selama tiga bulan berturut-turut di awal 2025, serta anomali pertumbuhan IPR yang hanya 0,5% di masa Lebaran--periode biasanya terjadi lonjakan konsumsi.
Hal ini menandakan masyarakat lebih berhati-hati dalam pengeluaran dan memilih diversifikasi aset, termasuk emas.
3. Fenomena panic buying
Kenaikan harga emas sampai dua kali lipat sejak 2020, serta berita dan video antrean panjang pembelian emas di berbagai daerah, menunjukkan adanya perilaku panic buying yang didorong oleh rasa takut krisis dan ketidakpastian masa depan ekonomi.
Media dan sosialisasi investasi yang masif juga memberikan dampak dan pengaruhnya terhadap preferensi konsumen.
Maraknya konten investasi di media sosial serta kampanye financial literacy yang menekankan emas sebagai instrumen rendah risiko turut memicu minat masyarakat (Pratama & Nugroho, 2023).
4. Kondisi sosial dan budaya
Momen Lebaran dan adanya Tunjangan Hari Raya (THR) yang biasanya digunakan untuk konsumsi, kini sebagian dialihkan ke pembelian emas sebagai bentuk tabungan dan investasi jangka Panjang.
Pendekatan teoritik yang relevan
Dalam konteks ini, teori safe haven dan portfolio diversification dari ilmu ekonomi moneter sangat relevan.
Teori safe haven menjelaskan bahwa investor akan beralih ke aset yang dianggap aman saat terjadi ketidakpastian ekonomi.
Selain itu, teori perilaku konsumen dan psikologi ekonomi menjelaskan fenomena panic buying sebagai respons emosional terhadap ketidakpastian dan ketakutan akan krisis ekonomi.