Setiap tahun, bulan Ramadan selalu menjadi momen yang dinantikan oleh masyarakat Indonesia, terutama dalam tradisi mudik yang telah mengakar kuat.
Namun, data menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam jumlah pemudik pada Ramadan tahun 2025.
Jumlah pemudik Lebaran 2025 mengalami penurunan signifikan sebesar 24% menjadi 146,48 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya (Goodstats.id, 21 Maret 2025).
Fenomena ini menjadi sorotan, mengingat mudik bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga simbol kekuatan sosial dan ekonomi Indonesia.
Menurunnya jumlah pemudik ini bukan sekadar perubahan pola mobilitas, melainkan cerminan struktural dari pelemahan fundamental ekonomi Indonesia yang melibatkan faktor daya beli, ketenagakerjaan, dan kebijakan fiskal.
Di sisi yang lain, situasi ekonomi Indonesia saat ini menunjukkan beberapa aspek positif yang dapat dinilai sebagai tanda-tanda pemulihan dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan pondasi perekonomian Indonesia? Apakah ini merupakan indikasi dari kondisi ekonomi yang semakin menantang?
Artikel ini akan mengulas fenomena ini secara mendalam, menyelidiki penyebab penurunan jumlah pemudik, aspek-aspek positif perekonomian, serta memberikan rekomendasi alternatif yang relevan.
Akar Masalah: Krisis Daya Beli dan Kerentanan Ekonomi
1. Daya Beli Masyarakat Anjlok
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri merosot drastis dari Rp35,6 triliun (Januari 2024) menjadi Rp2,58 triliun (Januari 2025) (Kompas.id, 30 Maret 2025). Rata-rata saldo rekening masyarakat hanya Rp4,8 juta, turun 40% dibanding masa pra-pandemi. Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) terus menurun dari 127,7 (Desember 2023) menjadi 126,4 (Februari 2024).
2. Gelombang PHK dan Ketidakpastian Kerja
Data Kementerian Ketenagakerjaan mencatat 77.965 pekerja terkena PHK sepanjang 2024, dengan tren berlanjut di 2025. Sektor industri, perhotelan, dan ritel menjadi penyumbang utama, menciptakan ketidakstabilan pendapatan rumah tangga.
3. Kebijakan Fiskal Kontraktif
Efisiensi anggaran pemerintah berdampak pada penurunan konsumsi rumah tangga. Mandiri Spending Index mencatat kontraksi -0,04% pada sektor UMKM dan perdagangan.
Dampak Ekonomi: Kontraksi Multi-Sektor