Mohon tunggu...
Rahan Panjaitan
Rahan Panjaitan Mohon Tunggu... Pelajar SMA

AMDG CC'26

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI dalam Seni: Inovasi Teknologi atau Ancaman bagi Originalitas?

24 Mei 2025   18:54 Diperbarui: 24 Mei 2025   18:59 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Fstoppers.com)

AI dilatih dengan jutaan karya seniman tanpa izin, lalu menghasilkan gambar yang meniru gaya mereka. Kasus peniruan gaya Studio Ghibli oleh AI memicu protes karena dianggap merendahkan dedikasi seniman asli.

2. Karya "Kosong" Tanpa Jiwa

Seniman jazz Yosvany Terry berargumen bahwa AI tidak bisa menangkap emosi atau spontanitas dalam musik. Karya AI mungkin indah secara teknis, tetapi kehilangan "rasa" yang hanya datang dari pengalaman hidup manusia.

3. Homogenisasi Kreativitas

AI cenderung menghasilkan karya berdasarkan data pelatihan, yang didominasi oleh tren populer. Risikonya: seni menjadi seragam dan kehilangan keberagaman perspektif.

Titik Tengah: Bagaimana Menyikapi AI dengan Bijak?

1. Regulasi dan Etika

Pakar seperti Alex Budiyanto menekankan perlunya regulasi untuk melindungi hak cipta seniman dan mencegah eksploitasi data tanpa izin.

2. AI sebagai Alat, Bukan Pengganti

Seniman bisa memanfaatkan AI untuk eksperimen awal, tetapi tetap memberi sentuhan akhir secara manual. Contoh: Pelukis Emily menggunakan DeepDream untuk inspirasi abstrak, lalu menyempurnakannya dengan teknik tradisional.

3. Pendidikan Kritis terhadap AI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun