Kecerdasan buatan (AI) telah mengubah lanskap seni dengan kemampuannya menghasilkan lukisan, musik, hingga sastra dalam hitungan detik. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, muncul pertanyaan kritis: Apakah AI benar-benar menjadi terobosan kreatif, atau justru mengikis esensi originalitas dalam seni? Artikel ini mengeksplorasi dua sisi kontroversial ini, dengan merujuk pada pandangan seniman, ahli teknologi, dan kasus nyata di industri kreatif.
AI sebagai Inovasi: Membuka Pintu Kreativitas Tanpa Batas
1. Memperluas Akses dan Efisiensi
AI memungkinkan siapa pun---bahkan yang minim keahlian teknis---untuk menciptakan karya visual, musik, atau desain. Tools seperti DALL-E, MidJourney, dan Canva AI memangkas waktu produksi dan menghilangkan hambatan teknis.
2. Kolaborasi Manusia-Mesin
Seniman seperti Refik Anadol menggunakan AI untuk menciptakan instalasi seni yang dipamerkan di galeri ternama. AI berperan sebagai "asisten kreatif" yang memperluas imajinasi manusia, bukan menggantikannya.
3. Eksplorasi Gaya Baru
AI mampu menghasilkan kombinasi gaya yang tak terduga, seperti lukisan abstrak hasil gabungan teknik Van Gogh dan Picasso. Hal ini membuka kemungkinan estetika baru yang mungkin tidak terpikirkan oleh manusia.
AI sebagai Ancaman: Krisis Originalitas dan Nilai Seni
1. Masalah Plagiarisme dan Hak Cipta