Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

“Angsa Berkepala Dua” untuk Anak-anak Suku Dayak Miau Baru

18 Januari 2016   00:45 Diperbarui: 18 Januari 2016   02:54 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto bareng anak-anak Dayak Miau Baru setelah sesi mendongeng. (foto screenshot video Eka)"][/caption]

*

“Aku suka berbagi pinjam penghapus, juga buku bacaan,” kata Valen

“Aku juga sering berbagi pena dan makanan,” kata Yoga.

Valen dan Yoga adalah salah dua anak dari Suku Dayak yang masih usia Sekolah Dasar. Berbaju seragam merah putih, mereka berdua menjawab pertanyaanku dengan lancar. Pertanyaan yang sederhana,”Suka berbagi apa saja sama teman-teman lainnya?”

*

Amin Adat Lakeq Bilung Jau, Desa Miau Baru, Kec Kongbeng, Kab Kutai Timur adalah lokasi tujuan kami di ajang Datsun Risers Expedition Etape 1 yang menjelajahi Kalimantan. Selasa (12/1/2016) kami tiba di pemukiman suku Dayak Miau Baru. Lokasi tujuan tak jauh dari jalan utama. Tak sampai sekilo meter jaraknya. Plang besar sebagai ‘pintu gerbang’ berukir khas suku Dayak terpampang dengan gagahnya. Satu demi satu mobil Datsun Go+Panca masuk pintu gerbang Desa Miau Baru itu. Lalu mobil risers di-parkir rapi berjajar.

Bangunan bangsal panjang nan megah berhias patung kayu dan tiang pancang yang tinggi, terasa ‘sakral’ di mataku. Amin Adat Lakeq Bilung Jau, Desa Miau Baru itu berasa terlihat berwibawa di bawah langit cerah siang hari itu. Beberapa anak-anak dengan wajah dan senyum manis nampak mengintip dibalik jendela. Senyum yang tak pernah lepas, saat aku dan kawan-kawan risers membidikkan kamera. “Senyum dik, lihat sini,” kata kami.

Lumayan dapat jepretan beberapa. Lalu kami pun naik ke bangunan adat suku Dayak tersebut. Ruangan luas dan lega. Nampaknya memang diperuntukkan untuk keperluan pertemuan. Sejumlah ukiran di kayu dinding menghiasi, juga patung di langit-langit dan di sisi ruangan. Kental banget aroma Suku Dayaknya. Suasana magis, sempat kurasakan.  

[caption caption="Berfoto bareng anak-anak Dayak Miau Baru. (Dokpri)"]

[/caption]

Anak-anak Dayak yang tadi sempat kita foto, menyambut riang. Ahh wajah polos nan lugu. Seumuran Taman Kanak-kanak. Dari baju dan kaos yang dipakainya nampak seperti anak-anak umumnya. Tidak terlihat seperti anak suku, namun dari guratan wajahnya, aku lihat wajah-wajah Kalimantan. Agak beda. Aku mendekati mereka. Lalu kutanya,”Ayo foto, mau gak?”

Malu-malu mereka. Namun menghampiriku dan Kang Nanang Diyanto pun kuminta bantu jepret. Satu anak perempuan kupangku. Senangnya anak-anak itu tersenyum saat difoto. Tak lama kemudian habis menikmati makan siang yang sudah disediakan acara inti dimulai. Mbak Indriani, Head of Datsun Indonesia menyerahkan secara simbolis sejumlah bantuan, materi buku-buku pelajaran dan alat-alat sekolah juga dana pendidikan. Bentuk dari aksi CSR (Corporate Social Responsibility) Datsun kepada public.

Angsa Berkepala Dua

Dongeng. Mendongeng adalah seni belajar yang menyenangkan bagi anak-anak. Dongeng sarana belajar dan bermain yang mudah diterima di benak anak-anak. Dan sesi CSR Datsun itu memberikan kesempatan pada tim risers untuk berkreasi bersama anak-anak Dayak yang bersekolah di SDN Miau Baru. Sejumlah anak-anak berseragam merah putih itu dibagi menjadi lima kelompok. Salah satu kelompok bersama kami dari Riser tim 4. Pilihan metode mendongeng memang sudah kami sepakati.

Dasar pemikirannya adalah kami ingin menyampaikan pesan moral soal yang sederhana namun sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari di ruang lingkup anak-anak, yakni berbagi. Sifat sosial berbagi yang perlu ditanamkan sejak dini. Berbagai adalah tolong menolong dalam setiap kesulitan maupun kekuarangan orang lain. Contoh paling simple adalah berbagi pinjam buku bacaan, saat teman lainnya tidak memiliki. Berbagi makanan saat teman lain tak mampu membeli dan sebagainya. “Indahnya Berbagi,” adalah konsep yang kami tuangkan dalam kisah dongeng “Angsa Berkepala Dua.”

[caption caption="Serunya mendongeng bareng anak-anak Dayak Miau Baru. (foto screenshot video Eka)"]

[/caption]

[caption caption="Serunya mendongeng bareng anak-anak Dayak Miau Baru. (foto screenshot video Eka) "]

[/caption]

Waktu sekitar 30 menitan, membuat kami mendesain sedemikian rupa agar dapat tersampaikan apa yang menjadi pesan. Aku kebagian tugas sebagai pendongeng. Sedangkan Ang Tek Khu dan Eka memerankan masing-masing kepala Angsa. Satu kepala diatas, namanya Kwok dan satu kepala dibawah, namanya Kwek. Peran dalam dongeng itu bertujuan agar lebih mudah dipahami dan juga lebih menimbulkan rasa kelucuan, jenaka sehingga membuat anak-anak itu tertawa. Dan pastinya, harapannya adalah dongeng itu bisa lekat di benak mereka, sekaligus memahami pesan kebaikan di dalamnya.

“Ini angsa kepala diatas, namanya Kwok,” kataku lalu disambut anak-anak dengan teriakan, “kwok…kwok…kwokkk.” Khun yang memperagakan pun berlagak lucu memainkan kedua tangannya seperti sayap angsa.

Kwok berkarakter egois tak mau berbagi makanan dengan Kwek. Dia hanya memberikan kulit buah-buahan yang dimakannya kepada Kwek. Kwok yang pelit, tak mau berbagi, menumbuhkan sifat iri Kwek. Kwek pun akhirnya berpikiran jahat dan meracuni Kwok. Kwok pun tewas. Kwek yang susah mendapatkan makanan setelah Kwok tewas, ikut tewas.

Senang sekali melihat anak-anak antusias mengikuti dan masuk ke dalam cerita. Di akhir cerita enam orang anak yang berani tampil dan sudah melakukan aksi berbagi terhadap teman-temannya, mendapat hadiah kue. Dan apa yang dilakukan setelahnya? 6 anak-anak itu berbagi kue dengan teman-teman lainnya yang tak mendapatkannya. Mungkin sederahana namun serasa membuat kami senang dan terharu. Semoga saja anak-anak itu selanjutnya dapat terus membiasakan saling berbagi di dalam keseharian mereka. Tidak egois dan saling menolong.

[caption caption="Cissssssss. (Foto kang Arul)"]

[/caption]

Selepas berfoto bersama, kami beranjak meninggalkan rumah adat Dayak Miau Baru untuk melanjutkan perjalanan menuju Berau. Masih terbayang lekat hingga kini, wajah-wajah Valen, Yoga dan lainnya. Ah nanti jika kalian besar seperti apakah? Semoga kalian dapat mengembangkan desa Miau Baru menjadi lebih baik. Baik untuk kehidupan masyarakat, alam dan juga budaya suku Dayakmu. Semangat belajar adik-adik.

@rahabganendra

Klik videonya untuk melihat aktivitas mendongeng di sini. "Datsun risers Expedition Etape 1 Kalimantan Suku Dayak Miau Baru."

Baca juga :

Injak Pedal di Ajang Datsun Risers Expedition Etape 1 Kalimantan

[caption caption="Foto anak-anak Dayak Miau Baru. (Ganendra)"]

[/caption]

 

VIDEO Selengkapnya Datsun Risers Expedition 11 - 15 Januari 2016, bisa dilihat dibawah ini

1. Day 1 - Datsun Risers Expedition Kalimantan Etape 1 Balikpapan - Sangatta

2. Day 2 - Datsun Risers Expedition Kalimantan Etape 1 Sangatta - Berau

3. Day 2 - Datsun Risers Expedition Kalimantan Etape 1 Suku Dayak Miau Baru

4. Day 3 - Datsun Risers Expedition Kalimantan Etape 1 Pulau Derawan

5. Day 4 - Datsun Risers Expedition Kalimantan Etape 1 Pulau Kakapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun