Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sport Jantung Urus Cerai di Pengadilan Agama Islam

27 Desember 2011   10:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:41 3818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Buru-buru mau cerai sudah ada gantinya ya?" Itulah sambutan pertama dari petugas berjilbab kepada pemohon cerai di Kantor Pengadilan Agama (PA). Inilah sport jantung pertama dituduh selingkuh bila mengajukan cerai.


Rupanya itulah sambutan standar kepada setiap umat Islam yang mengajukan cerai rumah tangga. Tak pelak pemohon terkesiap kaget. Hati pun kecut dan kecewa. Begitu sinisnya petugas di counter depan ketika menyerahkan formulir permohonan cerai. Baru kenal koq maen hajar? Kecantikan dan kesalehan pada penampilannya ternyata tidak tercermin pada akhlaqnya.


Semua tau... Para pemohon cerai umumnya adalah orang yang sudah mengalami kehancuran rumah tangga selama bertahun-tahun. Selama itu pula luka hati dan keresahan jiwa melanda. Soal bagaiman derita yang dialami hanya pelaku yang dapat merasakan. Orang lain cuma bisa komentar. Dan ketika menemui jalan buntu maka datanglah ke Pengadilan Agama. Harapannya dalam tempo 2 bulan sudah keluar Akta Cerai untuk menggantikan Buku Nikah.


Tapi, apa boleh buat! Petugas dan Pejabat Pengadilan Agama bukanlah syech yang memberi nasihat dengan lemah lembut. Mereka tidak punya naluri untuk mempermudah perkara. Tidak tertarik untuk meringankan beban walau hanya dalam bentuk perlakuan. Tapi mereka adalah bagaian dari birokrasi yang diduga korup yaitu Departemen Agama.


Maka tak perlu heran bagaimana sikap mereka. Belum tahu duduk perkaranya tahu-tahu maen tuduh yang menusuk hati. Baru satu menit kenal sudah minta uang lelah di luar tarif resmi. Terus menawarkan jasa pengacara "dari dalam". Bayangan para pemohon akan segera lepas dari perkara rumit dalam rumah tangga jadi tertunda. Malah dibumbui perkara baru dari ulah pejabat Pengadilan Agama. Belakangan baru ngeh mereka kejam-kejam tidak berperasaan demi angka statistik.


Begitu pula yang saya alami sendiri tahun 2007 di Pengadilan Agama Jakarta Timur. Belakangan hari baru saya menyadari ternyata petugas dan pejabat Pengadilan Agama dibekali semacam indoktrinasi bahwa siapapun yang datang untuk mensahkan perceraian adalah disemangati niat jahat. Itulah sebabnya mereka halang-halangi perceraian itu karena keberhasilan KINERJA PENGALDILAN AGAMA diukur dari jumlah pasangan yang gagal bercerai. Jadi, bukan karena simpati atau kasihan tapi demi angka statistik. Informasi tsb saya serap dari seorang sahabat di Jawa Tengah yang memegang jabatan penting di sebuah Pengadilan Agama.


Koq Diperlakukan Bagaikan Pesakitan?


Tahun 2007 di papan pengumuman PA tertera angka sekitar 2000 pasangan yang mengajukan cerai. Semua pemohon duduk di ruang tunggu menunggu giliran sidang. Semua kepala tertunduk, wajah pucat, harap-harap cemas menanti panggilan dari pengeras suara. Sesama "pesakitan" kami berkenalan lalu bicara bisik-bisik. Kadang ketawa kecut dalam hati. Perasaan kami koq bagaikan para penjahat yang hendak diadili apakah bersalah atau tidak.


Gejala Kriminilisasi Perceraian:


Semua tau... Ada nikah ada cerai. Kenapa cerai mau disamakam dengan kejahatan? Pantesan banyak suami yang ogah cerai resmi saking takut perlakuan kejam di Pengadilan Agama. Mereka lebih suka cari bini baru secara gelap-gelapan sambil pura-pura rumah tangga rukun-bahagia. Apalagi bagi pegawai negara yang terkena PP 10 kudu ijin bos bila mau cerai. Malu ah. Pura pura rukun-bahagia deh. Lalu banyak yang rajin jajan WTS/PSK daripada karir nyungsep gara-gara jujur ngaku rumah sudah tangga hancur, hehehe.

Sport jantung selama proses persidangan juga ada. Misalnya sidang tau tau diundur 2 minggu. Tau tau amar keputusan beda bunyinya dengan keputusan dalam ruang sidang. Tau tau ditodong uang sekian untuk ambil Akta Cerai. Ujung ujungnya sih duit, duit, duit. Agama? "Nehi", kata orang India.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun