Jumat malam (18/10/2019), saya bersama kawan-kawan fungsionaris Formasi 29 FIB UI berkunjung ke kediaman salah satu alumni Formasi. Bang Idris Said, begitulah saya mengenalnya. Kami berkunjung ke kediamannya di Jl. Muhamad Alif No.15 RT 05/05, Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka menjalin silaturahim.
Ketika pertama kali sampai di depan kediamannya, saya dan kawan-kawan disambut oleh sebuah bangunan yang besar, terlihat dari pintunya yang memiliki tinggi sekitar 4 meter. Saya rasa bangunan itu adalah sebuah tempat penyimpanan barang-barang logistik, seperti agen-agen logisitik besar yang pernah saya jumpai di sebuah pasar. Tapi, usut punya usut, ternyata itu adalah bangunan tempat Bang Idris bekerja, di dalamnya terdapat banyak sekali alat-alat tenda yang terbuat dari besi. Saya segera saja mencari pintu masuknya yang lebih kecil. Saya dan kawan-kawan pun segera masuk. Kami bertemu dengan Bang Idris.
Saya dan kawan-kawan bertemu di dalam sebuah ruang kerja. Di dalam sudah tertata rapi. Di dinding-dinding ruangan ada banyak sekali kertas dan poster berisi terget kerja, impian, dan qoutes.
Kami disambut oleh senyum dan sapaan hangat dari Bang Idris. Kehangatan dan interaksi yang asyik membuat suasana yang beku menjadi cair, kami cepat saja bisa akrab.
Bang Idris bercerita tentang aktivitasnya. Ia bercerita bahwa ia adalah seorang pengusaha di bidang kontraktor penyewaan alat-alat event. Ia sudah 15 tahun menjalankan roda usahanya. Usahanya dimulai sejak tahun 2004 saat ia berkuliah di UI. Sejak kuliah, Bang Idris sudah aktif menjajal banyak usaha, mulai dari jualan donat hingga mengajar privat. Nah, sampai pada satu titik, ia mulai berkenalan dengan usaha penyewaan tenda. Berbekal relasi pertemanan, akhirnya ia memulai usaha penyewaan alat-alat untuk event hingga saat ini. Perusahannya bernama “Sewabagus,” dapat diakses di https://www.sewabagus.com/ .
Saya merasa sangat terkesan sekali dengan cerita Bang Idris, mengingat saat ini usahanya sangat berkembang. Bayangkan saja, dalam satu bulan, perusahaannya mampu melayani 100 event lebih untuk berbagai kota, mulai pelayanan pernikahan, konser musik, hingga acara-acara sekolah.
Karyawannya berjumlah 50 orang, ia selalu berusaha agar ke-50 karyawannya itu bisa menjaga salatnya dengan baik. Ia tak segan memotong gaji karyawannya yang tidak menjalankan salat dengan disiplin. Itulah sosok Idris “Sukses.” Ia benar-benar menjalankan prinsip islami dalam menjalankan roda usahanya. Ia membuat urusan ibadah menjadi sebuah aturan yang tak terpisahkan dari usahanya. Di depan gedung perusahaannya, tertulis tagline “Utamakan Salat dan Pelayanan Prima,” ia selalu berusaha mengajak seluruh karyawannya salat tepat waktu, pun ketika sedang bekerja di luar kantor, ia selalu mewanti-wanti agar karyawannya segera mencari musala atau masjid terdekat saat azan berkumandang.
Saya jadi teringat dengan sosok Budi Harta Winata, seorang pengusaha asal Banyuwangi yang juga bergerak di sektor kontraktor. Ia menjadi pelopor di perusahannya dalam menggerakkan kedisiplinan ibadah. Persis seperti apa yang Bang Idris lakukan, ia mewajibkan karyawannya untuk selalu salat berjamaah.