Mohon tunggu...
Rafiuddin Syam
Rafiuddin Syam Mohon Tunggu... -

Penulis Makassar

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bebas Macet dengan Kereta Gantung, Hasil Diskusi Teknik Unhas dan Austria

29 November 2014   20:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Makassar, Jumat 28 November 2014

Teknik Unhas dan perusahaan Austria, Doppelmayr, melakukan kajian akademik tentang penggunaan kereta gantung di Makassar sebagai kota metropolitan. Diskusi yang berlangsung di ruang sidang Fakultas Teknik Unhas itu dihadiri oleh 20 Doktor bidang Transportasi, Teknik Mesin, Arsitektur dan Elektro. Diskusi yang berlangsung terarah itu, dipimpin oleh Dekan Fakultas Teknik Unhas, Dr-Ing Wahyu H. Piarah. Menurut Wahyu, penggunaan kereta ini tidak merusak struktur histori dari suatu kota, keasrian jalanan yang tumbuh di Makassar dapat dilihat dari udara. Selain itu, diskusi ini dihadiri pula oleh sekretaris umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Dr. Isran Ramli. Sedang dari Austria, melalui perusahaan Doppelmayr, yang memasang kereta gantung di Singapura dipimpin oleh Dr. Markus Hagspiel. Masih menurut Markus, dengan kereta gantung dapat diangkut, 10.000 penumpang perjam, hal ini setara dengan 2000 kendaraan pribadi, 100 bus besar. Dengan demikian hanya dengan satu set kereta gantung maka dapat mengurangi kemacetan, tidak merusak lingkungan berujung ke ecogreen-city.

Dari hasil diskusi itu terkuak beberapa hal antara lain, kereta gantung hampir tidak memakan lahan. Artinya, sangat sedikit lahan dibutuhkan, tidak perlu pelebaran jalan dimana ongkos pembebasan lahan yang semakin mahal dikota Makassar. Kereta gantung juga dapat berfungsi sebagai ‘link koneksi’ untuk melengkapi transportasi yang ada, misalnya dari rumah sakit ke pusat perbelanjaan, koneksi antar kampus, dll. Selain itu, minimnya energi yang dibutuhkan karena menggunakan listrik, serta bagian penutup dari kabin kereta gantung menggunakan energi matahari untuk tambahan energi. Dari pengalaman yang ada menurut Markus, hanya dengan 0,1 kWh perorang perkilometer atau setara dengan penggunanan pengering rambut (hairdryer) selama lima menit.

Di dalam kereta ini tersedia pula pendingin Udara dan Wi-fi, menunjang Makassar sebagai Smart City.  Sedangkan untuk kecepatan kereta gantung adalah 30 km/jam dan masih dapat beroperasi saat angina bertiup hingga 100 km/jam.

Dalam diskusi itu, sempat disinggung mengenai keamanan, namun dari pengalaman yang ada kabel (wire), dapat bertahan selama 15 tahun dan memiliki faktor keamanan 4. Sebagai perbandingan, faktor keamanan pesawat terbang adalah 2. Secara umum kereta gantung dapat melewati segala medan, mulai kawasan hutan hingga kota yang sangat padat seperti kota London di Inggris dan Singapura. Diusulkan pula oleh peserta diskusi, agar terdapat ring road di langit kota Makassar.

Turis Meningkat

Dengan adanya kereta gantung maka hampir dipastikan wisatawan dalam negeri maupun mancanegara akan berkunjung ke Makassar. Mulai dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin menuju ke pusat kota. Atau dari Karebosi, kampus Unhas, hingga ke Gowa dan Takalar. Masih dapat memungkinkan, keasrian dari kota dapat terjaga dan asri.

Selain itu, Makassar akan tumbuh menjadi kota Metropolitan yang betul-betul Smart dan Modern bersaing dengan kota-kota besar yang ada di dunia.

Ketrangan Gambar:

Peserta Diskusi Kajian Kereta Gantung sebagai Alternatif alat transportasi mengatasi macet di Makassar


Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun