Mohon tunggu...
Rafiqah Syam
Rafiqah Syam Mohon Tunggu... Mahasiswi aktif perkuliahan

Bermain Bulu tangkis, mengikuti pramuka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akar Historis Munculnya Dakwah Radikah di Media Sosial

17 Juni 2025   17:05 Diperbarui: 17 Juni 2025   17:05 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dw.com/id/kaum-militan-moderat-indonesia-perangi-radikalisme-agama/a-39206404

Oleh: Bpk. Syamsul Yakin dan Rafiqah Maulidia Syam

Selaku: Doesen Pengampu Dan Siswi Uin Syarif Hidayatullah

          Dakwah dapat disampaikan melalui berbagai cara dan media, Perkembangan media mulai dari media cetak, elektronik sampai newmedia yang  disebut media sosial. Radikalisme adalah paham yang menuntut perubahan, penggantian, dan penetrasi suatu sistem masyarakat hingga ke akar-akarnya.

          Menurut Afif Muhammad, istilah radikal berasal dari kata radic (akar) yang bermakna sesuatu bersifat mendasar atau hingga ke akar-akarnya, dimana istilah radikal ini dapat dilekatkan pada pemikiran atau paham tertentu, berdasarkan sudut pandang agama radikalisme tidak bisa dilihat secara terpisah dari konteks politik dimana perilaku radikalisme menuntut adanya perubahan yang mendasar sebagai bagian dari agama yang dipahami.

          Gerakan dakwah radikal di Indonesia diinisiasi dan di inspirasi oleh pandangan kelompok konservatif terkait hubungan agama dan negara. Menurut M. Syafi'i Anwar, kelompok konservatif ini berdakwah dengan cara yang formalistik, artinya mereka sangat menekankan aturan-aturan Islam secara ketat dan kaku. Mereka membayangkan bentuk masyarakat dan politik yang sepenuhnya mengikuti ajaran Islam, sesuai versi mereka.

          Mereka ingin mendirikan masyarakat atau negara Islam yang ideal menurut bayangan mereka sendiri (disebut imagined Islamic polity atau masyarakat politik Islam yang dibayangkan). Radikalisme mengalami perubahan secara total dan bersifat drastis. Radikalisme

          menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada, ciri-cirinya adalah mereka intoleran atau tidak memiliki toleransi pada golongan yang memiliki pemahaman berbeda di luar golongan mereka, mereka juga cenderung fanatik (Terlalu yakin bahwa hanya mereka yang paling benar), eksklusif (Menutup diri dari orang lain) dan tidak segan menggunakan cara-cara anarkis (Siap melakukan kekerasan atau tindakan melawan hukum).

          Berbagai strategi dilakukan oleh kelompok radikal untuk melakukan propaganda dan penyebaran isuterorisme. Mulai dari penyebaran paham radikal secara langsung maupun sembunyi-sembunyi, hingga menggunakan platform-platform media sosial dan pesan, instan. Beredarnya konten radikal di media sosial menjadi 'ancaman' yang serius bagi masyarakat Indonesia yang sangat akrab dengan media sosial. Banyak di antara kelompok muda yang terpengaruh oleh doktrin-doktrin jihad yang diperoleh melalui kajian-kajian umum, serta beberapa di antaranya juga terpapar konten-konten intoleransi dan radikalisme melalui media sosial.

          Gerakan-gerakan ultrakonservatif ini menyebarkan ideologi (propaganda) mereka khususnya kepada generasi muda dengan menggunakan narasi-narasi ekstrim dan radikal, Dan adapun cara untuk sebuah proses penyebaran dakwah melalui media sosial, baik dilakukan secara individu ataupun kelompok, yaitu:

  • Orang dari Kelompok radikal tersebut membuat berbagai jenis konten seperti: Video ceramah yang provokatif, Tulisan yang menyudutkan kelompok lain atau sistem negara, Gambar dengan kutipan ayat atau hadits yang dimaknai sempit. Isi pesannya akan keras, kaku, dan tidak toleran, misalnya ajakan menolak demokrasi, membenci kelompok lain, atau mendirikan khilafah. Lalu disebarkan melalui beberpa media sosisal, dari situ Orang-orang yang sedang bingung, marah dengan kondisi sosial, atau baru belajar agama, lebih mudah tertarik dengan pesan-pesan yang "tegas" dan kelihatan heroik.
  • Kelompok radikal membentuk grup atau komunitas tertutup di Telegram, WhatsApp, atau komunitas media lainnya. Di sana mereka Berdiskusi sesama pengikut, memberikan masukan atau saran yang mereka inginkan terkait agama.

          Dakwah radikal menyebar lewat media sosial dengan konten yang provokatif. Orang yang belum paham agama dengan baik bisa tertarik, lalu ikut menyebar, gabung grup, dan akhirnya bisa ikut hal-hal yang berbahaya. Bila kejadian tersebut terjadi kepada orang yang mengikuti komunitas tersebut kemungkinan orang tersebut tidak sadar bahwa tindakan yang ia lakukan radikal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun